38
Hari ini Minggu. Minggu adalah hari libur dan kami ingin bersenang-senang seperti semua orang lainnya. Tapi...
Nonton di tv, orang-orang permasalahkan anak-anak dilibatkan dalam kampanye dan berpolitik. Dulu, kami seperti anak-anak itu. Tak pernah dimarahi apa-apa. Kami punya beberapa baju kaos partai, topi, sejumlah besar stiker yang kami tempelkan sesuka kami dimana saja. Bendera kami ikatkan di sembarang tempat.
"Rasanya cuma ada satu partai saja ya?"
Soalnya jarang kami lihat warna lainnya. Anak-anak yang tak tahu apa-apa itu adalah kami, dulu. Berjoged di terik siang, berebutan naik truk, bis atau pikup. Bapak tak pernah setuju kami naik sepeda motor sendiri atau boncengan dengan dia. Makanya kami sembunyi-sembunyi dengan cara mengikatkan bendera partai di kepala untuk penyamaran darinya.
"Tapi, aneh Ibu, dia selalu tahu aku dimana."
Kadang-kadang dia menyuruh kami pulang jika kami melanggar peraturan yang dibuatnya. Inilah peraturannya yang krusial itu:
1) Ikut orang dewasa. Salah satu sepupu yang kalian kenal baik dan tidak jahat dalam masyarakat seperti biasa minum atau ribut-ribut di rumah.
2) Tidak boleh duduk di atap bus, pinggiran truk atau pikup.
3) Kalau disuruh Ibu berdiri dekat-dekat dia, harus patuh.
Sementara itu, hari berganti petang dan kami hanyalah penonton yang tak bisa mengganti chanel. Di tv, orang-orang mempersoalkan anak-anak menonton penyanyi dangdut bergoyang erotis dengan memamerkan pusar atau celana dalam atau tali bra di panggung.
"Bahkan orasi tak diperdulikan," kata seorang sesepuh kampung.
"Tapi ini pesta rakyat,Mbah," debat yang lebih muda.
"Jadi yang mesti ada adalah rakyat gembira. Buat apa orasi?" Si Sulung nimbrung dari pojok ruang rekreasi.
Tapi apa pun pilihannya, tetap dipersoalkan. dan bertahun-tahun yang lalu, kamilah anak-anak yang diperdebatkan itu. sekarang kami suka lagu-lagunya Corinner Rea, John Meyer, juga Justine Timberlake dan Timbaland. Dangdutan dan pamer-pamor lekak-lekuk tubuh tak melekat pada pikiran dan akhlak kami.
"Ga mengganggu kaleee, bos..."
Kalau sedang kerja paper atau lagi acara kumpul-kumpul, kami biasanya dengar Enya dan Sarah Brightman.
"Ah, biasanya setelah kampanye, semuanya jadi hambar," celetuk Si Bungsu dari baris depan ruang rekreasi.
"Sok tahu lu," balas Si Tengah. Matanya melotot pada penyanyi dangdut yang perutnya penuh lemak.
Kebahagian yang semu, bagi kami. Tak perlu mempengaruhi jiwa kami. tapi tetap saja.
"Aku tidak setuju kalau tidak ada alasan yang kuat untuk anak-anak sekolah ikut kampanye bahkan kemudian orang-orang dewasa melanggar lalu lintas."
"Topi dan kain jadi helm?"
Ah, dasar tolol........UTAMAKAN KESELAMATAN!
0 komentar:
Posting Komentar