42
Kepercayaan diri kami bertambah tinggi hari ini. Ada alasan tentunya.
Dari rumah, kami berdandan habis-habisan, tidak berharap ditaksir sama salah satu gadis tapi hanya mencoba memberi kenyamanan untuk semua orang di tempat kami datang. Kami bertemu dengan seorang teman kuliah yang baik hati tapi prinsipil minta ampun. Tapi kami sedikit ternganga dengan ibu-ibu yang berpakaian mini.
"Udah tuir kok begitu?"
Kami lalu pergi ke warnet, mencari bahan tentang Ekologi. Selama masa penantian loading, sering sekali kami beradu pandang dengan gadis cantik dengan anting-anting putih besar, sebesar lingkaran leher kami. Ketika dia menahan senyumnya, kami tambah mengembung. "Seperti jurus kodok dalam salah satu film Stefen Chao?" tanya Si Sulung menggodai.
"Jantung pun ikut menggelembung, bos," timpal kami.
"Itu namanya jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Sotoi lu!"
Kenapa sotoi?
Sebab gadis itu, dengan kelompoknya yang terdiri dari gadis-gadis cantik dan cowok-cowok ganteng, sedang duduk bersenderan sambil menyanyikan sesuatu. Tapi, anehnya, dia yang paling sering melihat ke arah kami. Mungkin dia seorang teman Roro? Pulangnya, kami tak lagi melihat wajahnya. Habisa dari situ, kami pergi berbelanja keperluan kamar mandi sebentar di salah satu tempat jualan. Karena kami merokok, kami berdiri di luar saja, mengutus yang lainnya masuk. Setelahnya, kembali ke rumah?
Malam yang baru selesai hujan, terasa hangat dan menyenangkan. Melihat gairah keramaian diuber-uber dimana-mana. Orang-orang belanjar makanan gorengan, sebab mungkin mereka tidak masak di rumah, dan jajan pada akhir pekan di luar rumah jauh lebih menyenangkan.
"Apalagi dengan selingkuhan!" seru Si Sulung.
"Sotoi lu!"
0 komentar:
Posting Komentar