49
Pasangan suami-istri tak sanggup membentuk keluarga keci!
Orang-orang seperti ini kami temukan di keseharian kami di luar rumah. Mereka kelihatan saja hebat dari luar tapi di dalamnya, mereka benar-benar tidak bisa mandiri untuk sebuah kodrat pernikahan. Sebab mereka adalah tipe partner yang marah jika mereka tidak dibantu oleh orang lain.
"Dalam otak mereka, jika mereka sedang melakukan suatu pekerjaan, pekerjaan lain bukan untuk mereka tanggung juga."
"Iya, mereka ber-partner untuk tanggungan mereka sendiri."
Mereka pikir, jika aku bekerja di kantor, aku tak bertanggun jawab penuh atas waktu untuk anakku. Jika aku menjaga anakku, aku tidak boleh melakukan hal lainnya. Orang-orang harus mengerti aku dan mengulurkan tangan tanpa kuminta.
"Mereka salah besar jika mereka masih berpikir demikian."
Itulah kenapa banyak fenomena, generasi sekarang jauh dari rumah. Perilaku menyimpang, nakal, kena narkoba, tak peduli pada pendidikan, orang lain, dan segi-segi baik bagi diri sendiri, keluarga, agama, dan masyarakat.
Si Sulung tampak jengkel sekali ikut dalam pembicaraan serba berat ini, sebab di sini kami berempat tak langsung turut melibatkan Bapak dan Ibu dalam proses mendidik kami hingga kini. Dia sempat marah besar waktu kami bilang, dia terlalu pengecut untuk menggugat kedua orang tua meski dia seorang laki-laki sulung. Dia balas memaki kami, mengatakan kami tidak tahu terima kasih.
"DURHAKA!"
"GAK!"
"SO WHAT?"
Menurut yang kami pelajari di kampus, nama filsuf itu bukan Durhaka melainkan Durkhaim. Emile Durkhaim.
wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwwkw........................
Ternyata anak-anak bandel ini, perasaan mereka telah dibentuk, diarahkan sedemikian menyimpang ke sana oleh kedua orang tua yang tak siap menjadi orang tua meski mereka kelihatan prof dan matang secara finansial dan umur. Wah, lucu ye?
0 komentar:
Posting Komentar