48
Kami yakin, ada sebagian suami-istri yang lebih berhasil berpacaran seumum hidupnya sebagai pasangan kekasih. Untuk itu mereka tidak boleh menikah.
"Boleh kawin?"
"Mau lu."
Jika menikah mereka tak boleh punya anak dengan alasan, mereka lebih berhasil menjadi suami-istri tanpa bayi. Sebab kami yakin, anak mereka tidak mendapat perhatian yang berkualitas apalagi berkuantitas. Tidak jadi masalah mereka egois, hedon untuk diri sendiri dengan konsekuensi mereka tidak mempunyai anak. Sebab anak akan membuat mereka tidak nyaman dan merasa orang lain harus bertanggung jawab dan menanggung sebagian kesusahan dari beban memelihara anak mereka.
Kami merasa keluarga seperti ini mesti disadarkan dengan sebuah terapi.
"Misalnya?"
Semua anggota keluarga tidak ikut membantu merawat atau menjaga anak mereka. Kalau perlu pura-pura tidak senang atau menjaga jarak dengan mereka.
"Berikan contoh nyata," kata Frengki.
Bagaimana seorang guru muda yang ditempatkan tugas di sebuah kampung di Kalimantan atau Sulawesi atau Irian Jaya. Membangun keluarganya sendiri dibantu istri. Punya 2-3 anak yang diurus sendiri sebab tak ada sanak saudara di sekitar mereka. Bagaimana mereka menghandle semua urusan anggota keluarga bersama-sama.
"Bukannya memilih orang lain yang melakukannya atau menolong apa yang seharusnya jadi prioritas mereka dan menjadi konsekuensi sebuah pernikahan, maksud lu?"
IYE!
0 komentar:
Posting Komentar