81
Terus terang saja, kami agak benci ketemu sekretarian kampus guna mengurus tetek bengek perkuliahan kami. Ibu dan Bapak pasti marah, tapi kami benci bertemu orang-orang sekretariat.
Di rumah kontrakan, suasana berubah. Kami nyaris seperti seorang frelens yang boleh keluar bekerja kapan saja tanpa ikatan. Dan lucunya kami bahagia, meski pergi kuliah tidak pernah bisa frelens.
Semua orang pengen tiduran, main komputer. Apalagi Si Tengah sedang demam main game online biliar. Katanya dia pengen hafalin trik-triknya terus nantangin orang-orang sok jagoan yang dia ketemu di biliar sentral. Dia pengen taruhan duit: sekali menang angkat 20.000 rupiah.
"Bagus juga tuh."
"Iya dong, gede dapetnya."
"Bagus di tangkep polili dodol."
Akhirnya siang ini diakhiri pertengkaran Si Tengah vs Si Sulung.
Kembali dari beli mie dan telor buat direbus makan siang. Sebab stok duit di ATM menipis, kami tidak saling tengur sama yang lainnya. Semua kelihatan betah bolos kuliah nyaris sebulan. Apa gak ditanyain orang sekretarian dan teman-teman? Kelihatannya gak, sebab gak ada yang menelpon. Mungkin teman-teman, sama halnya dengan sekretariat, sedang ingin kami gagal semester ini. Kemudian Si Bungsu membuat kami terkesiap. Dia berbisik: "Semoga Roro gak tiru kita."
"Kenapa?"
"Dia kan kuliah."
"Terus?"
"Ntar orang tuanya jadi stres. Kita gak mau Roro kenapa-napa kan?"
"Jangan disumpahin dong, Dek."
"Prepare aja, Bang."
8 komentar:
kadang dlm hidup qt tetap harus hadapi hal yang paling qt benci...
ada perempuan muda yg suka melihat org berdasarkan jenis kelamin, asal suku bangsa, warna kulit...intinya pembagian kelas sosial yg rasial...yg gw benci itu
byk yg seperti itu...mrk punya pola pikiran yang diturunkan dr generasi sebelumx...
iya betul...tp mereka ini semacam segerombolan domba yg belajar berbuat baik dari tuannya yg baik tp mereka sendiri begitu picik hingga tak merasa klo itu picik
persis kata FT...selumbar dimata ga keliatan..tp gajah disebrang lautan terlihat...
betul...mereka ini org2 katolik yg pra-konsili vatikan 2...picik bgt say
bergaulan mereka ketutup sm konsep mereka yg sempit...terlalu menyanjung otoritas keagamaan n membedakan org berdasarkan kesucian..
wow..belom tentu para pelacur masuk neraka kan?
hahaha...
intinya baru terungkap di comments, ternyata...
dan begitulah penampakan kampus itu. jangankan perempuan muda beranak satu itu, yang mengajar filsafat dan teologi (yg juga pasti pernah menjadi mahasiswa filsafat) aja perilaku jauh panggang dari api pencerahan. bikin gw mual1!wekkkzzz... seolah2 mereka yg memegang kunci surga dan satu2nya jalan ke surga adalah kampus mereka.
cukup ah... makin mual nih. numpang jackpot di postinganmu dulu nah ces... :piss:
nitip lapak lagi ces http://bit.ly/diK6Xu
oh ya, "belom tentu para pelacur masuk neraka" mengingatkan pada karya Dewi Lestari,, entah seri yg mana. avatar, mungkin!?!? entahlah!
hanya satu kalimat:
Let's see the magnificent in everything
Posting Komentar