78
Masalah yang datang bertubi-tubi membuat kami sempat tak memikirkan tentang Roro.
Ibu tidak menelpon untuk menanyakan perkembangan pencarian Roro. Kami menganggap Ibu mungkin baru sadar kalau Roro sebenarnya hanya ilusinya saja, dan tak penting untuk dicari. Tapi semua sudah terlambat, Ibu. Kami semakin menginginkan bertemu Roro. Melihatnya, menyentuhnya, meski hanya ujung jemarinya, mengetahui bahwa dia nyata.
Tapi kemudian masalah bertubi-tubi itu datang. Memang masalah itu datang semenjak kami diam-diam jatuh cinta dan berpacaran dengan seorang gadis yang pendek, kurus, dan bergigi lapis itu. Dia sudah bekerja pada sebuah perusahaan luar negri meski Si Sulung mengatakan bahwa, "Gw gak yakin itu perempuan bisa bahasa Inggris."
Kami tak peduli. Memangnya kita bekerja di Inggris? Kita kan bekerja di Indonesia, pake bahasa Indonesia dong. Tapi Si Sulung tak suka dibantah, kami memilih pergi ke teras dan menyalakan sigaret putih pemberian seorang teman bernama Nox Nix (baca No oni). Masalah yang datang bertubi-tubi itu adalah masalah perbedaan agama dan konsep antara kami dan pacar kami ini. Kalau kau lihat dia, kau pasti akan langsung jatuh cinta padanya, dan itu membuat kau merasa bisa mengatasi semua perbedaan, tapi kadang timbul masalah yang membuat kau putus asa berhubungan dengannya, tapi kau tak mau berpisah darinya.
"Bertubi-tubi memang, cez," kata Si Tengah. "Tapi itu kan selalu bisa diatasi. Jangan pernah menyerah. Sama seperti kita mencari Roro yang ajaib itu. Kamu harus bersyukur sebab pacarmu ini real."
"Tapi Roro real, kita tahu dimana dia tinggal."
"Tapi tidak sereal pacarmu itu."
"Jadi apa intinya?"
"Apapun yang terjadi, aku selalu di belakangmu. Maju terus. Aku tahu kalian berdua akan baik-baik saja mengatasi perbedaan itu."
"Dan kau?"
"Biarlah aku mencari Roro untuk Ibu."
"Itu tanggung jawab bersama," pekik Si Bungsu dari depan tv. "Kita saudara. Satu pikul yang lainnya pikul."
"Thankz, cez."
"U re welcome."
Masalah yang bertubi-tubi itu tak mungkin diselesaikan dengan mudah tapi pasti akan terselesaikan. Kami jadi semangat lagi menatap masa depan dimana mungkin saja kami menemukan Roro dan menikah dengan pacar kami ini. Tapi masalah yang bertubi-tubi mendatangkan cemburu dan putus asa. Kami tak mau itu. Pacar kami tak boleh melakukan itu. Dia akan baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja. Kami dengar, pacar kami ingin kuliah lagi, S2...apakah Roro juga?
4 komentar:
hubungan kekeluargaan yg OK
itu coz mreka sering bertengkar n adu argumentasi...mreka org2 kmpung yg blajar jd org gaul..
biasax setelah bertengkar malah makin karib
justru mereka saudaraan yg bertengkar sebab jauh dari rumah n pura2 gak saling sayang satu sama lain...wkwkwkwk
Posting Komentar