17
Hasrat untuk menemukan wanita bernama Roro tak pernah padam. Namun begitu, perjalanan hidup kami bukanlah satu-satunya untuk menemukan Roro. Roro memang tetap ada pada urutan teratar, segaris dengan Menimba Ilmu-Belajar Nilai Masyarakat dan Agama-menjadi Guru SD di daerah-daerah yang kekurangan tenaga pengajar bergelar S1. dari hari ke hari kami mendapati fakta yang mengejutkan kami sekaligus merisaukan seperti : soal perempuan dan pendidikan, juga kesehatan dan seksualitas. Kami beberapa kali gentar dengan situasi masyarakat yang membuat asing di negeri sendiri. Kami sesekali merasa tidak diterima karena alasan, "Yang menurut kami sudah diperdamaikan dengan tubuh Pancasila dan UUD 1945."
Kami pernah mendengar orang mengatakan bahwa negeri ini pelan-pelan hancur jika masalah integrasi tidak dipahami secara benar. Otonomi daerah yang gegabah mendatangkan masalah besar untuk kebanyakan rakyat jelata yang sering orang sebut "wong cilek, wong cilik".
"Aku wong cilik," kata Si Bungsu.
"Ya iyalah, lu yang bungsu."
Tapi Si Sulung juga merasa wong cilik sebab harta kekayaan Kakek-moyang kami berrmpat di dapat mereka dengan kerja keras hampir selama usia mereka.
0 komentar:
Posting Komentar