21
Nyaris empat hari kami berempat tidak keluar rumah. Bukan karena tidak punya duit. Kami hanya ingin bersenang-senang bersama keluarga di rumah (ya, kami-kami ini). Seandainya ada Ayah dan Ibu, dan juga Bibi, pasti nyaman sekali. Kami biasanya akan duduk-duduk di teras belakang yang luas. Lantai teras itu tak berpagar, terbuat dari papan mengkilap dengan bangku-bangku kecil dan panjang permanen. Di bawahnya ada kolam ikan mas dan lele. Ibu biasanya yang paling repot menyiapkan kue dan teh dingin sebab dia satu-satunya wanita tua di situ (meski tak bisa kami pungkiri, diam-diam, Ibu masih cakep lho.) Dua wanita muda yang tak lain tak bukan PRT (kami panggil Bibi saja) akan disuruh Ibu mengerjakan pekerjaan lain saja. Ibu memang tak mau kami berempatbergantung pada orang lain.
"Ini acara keluarga."
Dia sering berkilah.
Kini, kami berempat cuma bisa naik ke atap, dekat jemuran, menjejerkan kursi berlengan dan sebuah tikar pandan, kemudian menggoreng singkong dan membeli sambal botol. Satu krat bir kaleng dan beberapa mix-max. Malam ini kami merokok sambil melihat-lihat langit dan lampu pesawat mana yang paling terang. kadang kami melihat orang mengendap-endap. Menelepon di gelap-gelap. Laki-laki dan perempuan muda atau tua berbisik-bisik, "Maling mungkin?" orang bertengkar. Dan kentut. Kemudian ketawa ngakak.
"Pasti si Ndut anak Pa Aji itu."
Biasanya kami berempat lalu menelepon Ayah dan Ibu berganti-ganti tiap sejam sekali. Satu akan bertanya pada yang lainnya apakah sekarang sudah boleh menelepon Ayah atau IBu? Urutannya kami bagi sesuai nama bukaan umur. Bahkan saking kesepiannya dan rindu suasana di rumah, kami menelepon ke telepon rumah dan berbicara panjang lebar tentang apa saja dengan kedua PRT. Kami juga pernah menelepon suatu rumah penampungan gelandangan dan mengaku sebagai keluarga dari si anu dan si ini agar bisa bicara apa saja dan mengenangkan rumah. Kami iseng kalau rindu pada orang-orang yang kami cintai.
Waktu hari libur kampus, Si Sulung pergi jalan-jalan. Bersama teman-temannya, mungkin. Katanya, "terlalu banyak, terlalu ribut." Dan tentu saja terlalu banyak mengkonsumsi barang-barang tak bermutu. masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Si Sulung tiba-tiba seorang diri di tempat itu. Melihat-lihat seperti turis.Memotret dengan HP kamera yang baru dibeli dua minggu lalu, setelah menunggu harga Dollar US turun. Mengagumi kesenian dan cita rasa bangunan itu, dan dia berusaha menemukan makna simbolis dari angka-angka, kata-kata atau bentuk abstraksinya.
"Dasar Dan Brown," umpat Si Tengah. Untung tidak terjadi adu pelungku.
Si Sulung sampai pada kesimpulan bahwa: jika manusia tidak membuat Lingga maka mereka mendirikan Yoni. Sederhana sekali proses berpikirnya, meski bentuk Lingga-Yoni itu sering disamarkan.
"Jadi kalian akan melihat sesuatu yang tabu di hadirkan ke depan public. Lumayan untuk di ingat."
Dia katanya tak mau jajan sebab teringat masakan Ibu dan para PRT. Dia memesan kopi. Di larang merokok di tempat itu.
"Aku memang berniat berhenti merokok sampai aku bekerja dan menghasilkan uang."
"Yang benar lu?"
"Menurut kalian?"
0 komentar:
Posting Komentar