Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

Basket (Roro)

  • Sabtu, 14 November 2009
  • A. Moses Levitt
  • Label

  • 14


    Kami berpencar hari ini. Tak berniat menemukan Roro. Meski kami yakin ketiga saudara kami sangat ingin kebetulan...sekali lagi kebetulan melihat Roro. Si Sulung pergi dengan temannya yang benama Ho Cheng--seorang China totok dari Singapore--untuk bermain basket. Tentu saja banyak cewek menonton dan memuja mereka ketika salah satunya melakukan Dunk atau Blocking. Kami tahu, Si Sulung akan bertemu dengan banyak cewek China yang menarik. Dia sekali pernah bilang bahwa jika tidak menikah dengan orang Toraja, dia akan menikah dengan orang Tionghoa. Dan jika dua-duanya tidak, dia akan single seumur hidup. Ketika pulang, dengan Ho, dia jadi cerewet, banyak ngomong tentang cewek-cewek yang bukan saja China tapi juga anak-anak Jakarta yang menyorakinya. Dia lalu berkenalan dengan sejumlah cewek baru yang kelihatan betul, naksir sama Ho. Tapi kepada Si Sulung, yang seorang, bukan China, sering mengajaknya bicara. Cewek itu pakai kaos Polo dan jins selutut. sepatu kets mahal dengan gelang emas di kaki kirinya. Si Sulung langsung teringat pada seorang tante yang bawel minta ampun, suka bersolek, dan sering mencaci maki suaminya dengan bahasa Inggris atau Belanda. Semua orang tentu tahu apa itu GOTTVERDOME???
    "Kau dengar--"
    "Tidak ada. Tapi ada seorang cewek di lapangan sebelah yang belum kutahu namanya."
    Berarti dia tak dengar ada yang bernama Roro. kami yang lain juga.
    Si Tengah ditilang polantas. Si Bungu di kira Glenn Fredly. Dan kami hanya di depan komputer teman: mengerjakan paper mata kuliah Antropologi Budaya. Tapi menurut kami, kami yang paling beruntung sebab ketika naik angkutan umum, kami duduk di antara dua orang cewek berpenampilan bak model top. Wangi. Bicaranya keluaran kursus public speaking. Mereka berdua ini berbicara seperti tak peduli pada kami. Ketika mereka menyadari ada orang di antara mereka, permintaan maaf pun meluncur dari mulut merah mungil itu, dengan malu-malu, melirik kami dengan bola mata besar yang anggun. Kami bilang: "Sudahlah, gak usah dibesar-besarkan."
    "Kami terlalu asyik. Sorry."
    "Yah, sorry banget. Kau sering naik angkot ini?"
    Tentu saja. Angkot ini sudah seperti milik nenek moyang kami. Meski sering ngetem dan jalannya seperti keong. "Yep. Terlalu sering sampai tak cukup terima kasih saja."
    "Kami baru sekali ini. kau tinggal di depan situ?"
    Saat kami mengeluarkan uang pecahan seribu rupiah dua lembar untuk membayar. "Oke, duluan. hati-hati di ajaln. kalau pulang lewat dari jam delapan malam, jangan tunggu angkutan ini lagi, sebab sudah masuk garasa."
    "Ough...."

    0 komentar:

    Related Posts with Thumbnails

    La Musica