Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

VII. Ibu Klan

  • Selasa, 06 Oktober 2009
  • A. Moses Levitt
  • Novirya dengan enggan meninggalkan kekasihnya, mengunjungi para tabib yang sedang meramu obat untuk Sallugrun.
    "Kerjakan apa saja yang menurutmu berguna bagi rumah ini, kekasihku," kata Sallugrun dari ranjang. Wajahnya pucat tapi suaranya tenang. "Tapi jangan menghalangi kehendak Elloc. Aku tak ingin dia marah padamu."
    Tapi permaisurinya tak menjawab. Dia keluar dari kamar, menyuruh penjaga pintu bersumpah kepadanya demi Zubaal, tidak akan membiarkan orang lain selain dirinya yang masuk ke dalam kamar Sallugrun. Sebab dia begitu gentar jika suaminya dengan jiwa kepahlawanannya, menerima Manelais dan penasihat-penasihatnya masuk untuk menghabisinya. Dan merebut tahta dengan cara paling kurang ajar.
    Tabibi yang diperintahkan mengurusi ramuan obat Sallugrun adalah tabib-tabib terbaik dari seluruh penjuru negri timur. Jumlah mereka 20. Yang paling muda dan cakap bernama Efonn, putra bungsu mendiang Natan, tabib legendaris Ellezmaior. Sang permaisuri langsung bertanya pada si pemuda. "Berapa lama lagi ramuan itu selesai, anak natan?"
    "Tidak lama lagi, Ibu Klan. Dua jam tepat."
    "Tapi," seorang tabib agak tua menyela, "maafkan saya, Permaisuri. Ramuan ini belumlah sempurna. Penambahan Kelopak Ginywait--"
    "Jadi berapa lama lagi, Naum?" Permaisuri tampak kesal. Yang muda mengatakan akan selesai dalam 2 jam, yang tua mesti menambahkan Kelopak Ginywait. Mana yang benar? Dengan cemas bercampur marah, dia memperkirakan mungkin beberapa tabib telah disusupi oleh orang-orang Manelais dan penasihat-penasihatnya.
    "Tidak mudah, Ibu Klan," Efonn menjelaskan, namun ada nada menentramkan dalam suara muda itu. "Menurut ayahku Natan, Ginywait mustahil ditemukan pada musim semi. paling mudah orang kebetulan melihatnya berpendar-pendar cemerlang pada musim gugur sebab Kelopaknya tak pernah gugur meski seluruh tumbuhan menggugurkan daunnya."
    Ibu Klan merasa tidak punya harapan lagi. Kesal pada kehidupan. Benci pada keadaan di luar dirinya. Tak dapat memahami dunia yang dimasukinya. laki-laki saling membunuh demi kursi. Mereka hanya meminjam rahim dan kesusahan seorang ibu untuk melahirkan mereka dan melihat mereka menghancurkan hati sang ibu dengan cara yang paling liar. Kemudian serasa dirinya baru kembali dari pencarian yang melelahkan atas Ginywait, Ibu Klan menangkap suara sayup-sayup yang memberikan pengharapan, "...khasiat bunga Turri Lembah juga tidak kalah dibandingkan Kelopak Ginywait. Takaran pas dan," Efonn melirik jam pasir di atas meja kayu mengkilap, "satu setengah jam lagi Sallugrun yang kekasih akan berangsur-angsur sembuh."
    Andaikan kau benar, Anak Natan. Ingin sekali Novirya mempercayai kata-kata tabib muda itu. Ingin sekali dia membawa sendiri ramuan itu dan menyuapkannya ke dalam kerongkongan kekasihnya. Ingin sekali dia melarikan kekasihnya jauh-jauh dari dunia yang pikuk penuh kebusukan hati bercampur otak laki-laki.
    "Sallugrun menunggu kebaikan hati kalian, tabib-tabibnya," gumamnya pelan seperti bicara pada diri sendiri, berusaha menjaga para pembuat ramuan obat itu agar tidak tercemar oleh nafsu kekuasaan. "Kami akan ada di sana satu setengah jam ke depan."
    "Terima kasih atas pengertiannya, Ibu Klan."
    Dan Ibu Klan berjalan bagai roh. 3 orang putrinya datang menghampirinya, menggandengnya. Keempatnya berjalan dengan muram ke Kotte du Flouwa. kelebatan hijau menembus ke dalam Hutan Ur-Adamah. Sementara itu, berkilo meter dari situ, di Humrikessia, Talles keluar dari pondoknya, hendak menjenguk sepupunya Tellypa.

    0 komentar:

    Related Posts with Thumbnails

    La Musica