Talles duduk, seperti biasanya jika dia sedang merasa kesepian, di pinggir sunga kecil berair bening yang oleh penduduk desa Humrikessia disebut dengan nama Witwayih. Dalam bahasa kuno pegunungan, Witwayih mempunyai dua arti: Air dari mulut madu dan Air yang mengalir ke jurang. Sebenarnya penamaan itu tidak terlalu mengherankan sebab anak-anak seperti Dorruk dan sepupunya yang setia dan pemberani, Jamaty, biasa mengeruk madu dari cekungan yang rumit di Bukit Illh darimana sumber air itu terpancar.
Kesepian tak pernah cukup kuat mengikat lidah Talles si Tukang Bual untuk bercerita tentang ramalan yang cuma dirinya dan Tellypa, dengar. "Pada malam itu kosong," Talles selalu memulai bualannya begitu, "dan dari kosong timbul ketiadaan yang diyakini berisi sesuatu. Itulah Elloc, bapa dari terang dan ibu dari malam. Elloc tak pernah dilihat oleh Adruck, tapi putra Adruck yang bernama Inteck bersumpah bahwa dia melihat Elloc, meski dalam rupanya yang paling purba. Tanah ini setua Adruck, bahkan mungkin lebih tua dari padanya. Adruck menamainya Ellezmaior namun, oh Zubaal..." dan dia akan berakhir di situ untuk melanjutkan kisah itu beberapa minggu kemudian jika dia sedang gelisah.
0 komentar:
Posting Komentar