Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

XII. Masalah Kematian

  • Senin, 26 Oktober 2009
  • A. Moses Levitt
  • Label
  • Novirya benar-benar panik. Sejak kecil sampai setua sekarang ini, dia ternyata belum dipersiapkan untuk menerima kematian seorang kekasih. Setidaknya, baginya, kematian di dalam keluarga ayah-ibunya ternyata dengan sangat wajar--tua dan mati. Namun kepergian Makelais membuat Novirya bingung, mata rasa, dan putus asa. Berulang kali dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dirinya tidak tinggal di dunia ini. "Duania ini tak nyata. Semua ini tipuan. Bagaimana Elloc bisa membiarkan ini semua terjadi? Bukankah Dia yang menjadikan kami semua? Apakah Dia sidah kehilangan kemahakuasaannya sehingga tak mampu mempertahankan kehidupan suamiku? Aku tak percaya lagi padanya. Aku tak percaya pada kemahakuasaan Elloc."
    "Ibu, sudahlah Ibu. Jangan berkata seperti itu," pinta ketiga putrinya ketika mereka sedang berada dalam kamar Sallugrun. Namun serapat apapun pintu dan jendela. Setebal apapun dinding Rumah Batu, berita tentang hujatan kurang ajar Ibu Suri pada Elloc telah tersebar di kalangan para bangsawan. Para pelayan dengan sendirinya mendapatkan desas-desus itu dari sejumlah orang yang kelihatannya suka membocorkan rahasia istana.
    Sementara itu, Sallugrun baru tidak mau mengambil tindakan apapun bahkan untuk sekadar berkunjung ke kamar ibunya. Komunikasi terputus antra ibudan anak. Timbul dua blok. Blok pro-Manelais dan blok kontra-manelais. Sementara jasad Sallugrun Makelais mulai bau, dibalsan agar awet. Efon dan sembilan belas tabib lainnya mengerjakan ramuan demi menyamarkan efek racun Anarzenif Brag. Tapi tentu saja sengat racun tentap membiru dan meng-ungu-kan leher dan sebagian rahang jasad. sang Ibu Suri tak mau melihat suaminya. Dia berniat bunuh diri dengan minum racun yang sama pada hari pembakaran kekasihnya. Seandainya Ibu Suri meminta racun itu, tentu saja dengan senang hati akan diberi, namun Sallugrun baru memerintahkan pada semua orang di dalam kompleks istana agar menjaga Ibu Suri dengan nyawanya sendiri. Bila terjadi sesuatu terhadap Ibu Suri, "Penggar kepala seisi rumah, hukuman bagi siapa yang mencelakainya."
    24 anggota Dewan Klan tetap dengan setia menjalakan aturan dan mendukung Sallugrun baru. Meski begitu, 3 dari antara 24 orang Tetua itu menyuarakan agar Ibu Suri meminta maaf pada Elloc dan menarik kembali perkataannya di hadapan umum. Perdebatan terjadi 3:21. Kemudian setelah 1 jam berdebat, kubu pro menjadi 10 orang dan kontra 14 orang. Sekarang Dewan Klan menunggu keputusan dari Sallugrun. Parasit-parasitnya, penasihat-penasihatnya berbiacra dengannya selama 10 menit waktu rehat dan itupun tidak membuahkan hasil, membuat Sallugrun mengambil keputusan. baginya, "Sekarang bukan waktu yang tepat. Memang semua ini serba kebetulan. dan kita harus membereskannya satu persatu. Ordys akan kacau dan siapa yang bisa menjamin Balaium, Hazdam Amballat, dan Illyrium tidak akan menarik dukungannya lebih banyak lagi secara terang-terangan dan meminta kemerdekaan?"
    "Yang Mulia berbicara di luar konteks. kami mendukung Yang Mulia dan oleh karena itu, tak ada satu kota dan desa yang akan melakukan separatis. untuk itu, sebaiknya kita hanya meminta Ibu Suri meminta maaf di depan para Chief saja. Rakyat Ordyz tidak boleh dikejutkan dengan banyak berita tragis sekaligus," kata wakil klan dari Baleium.
    "Jadi apa yang menurut kalian lebih dulu dilakukan?" tanya manelais, merasa dirinya dibuat sulit oleh orang-orang tua bau tanah di depannya ini.
    Seorang wakil klan dari Illyrium berdehem, kemudian bicara, "Yang Mulia pertama-tama harus mengumumkan kematian Sallugrun makelais. Rakyat Ordys berhak tahu, bahkan seluruh penghuni tanah Ellezmaior harus tahu. Kita telah mengabaikan sejumlah Ritus nenek moyang demi entah apa ini."
    "Jadi kau pikir aku bersalah telah melanggar Ritus? sekarang, aku bertanya pada kalian semua. Apa sebaiknya yang mesti kita lakukan setelah rapat ini," kata Sallugrun baru dengan suara lantang, terkesan membentak dan memprovokasi.
    "Yang Mulia. kami hanya ingin Ritus dijalankan dalam situasi khusus ini. Itu demi kebaikan Ordys dan Yang Mulia sendiri," terang wakil klan Amballat.
    Kenyataan bahwa wakil-wakil klan dari 3 kota besar dan penting di Ordys Rexare adalah pendukung Ritus, dan loyal pada Sallugrun Makelais, menggentarkan Manelais. Namun kesombongan dan kerakusannya membuat dia buta dan terus memperuncing keadaan. Dia berkeringat, mengerutkan keningnya dan menatap satu persatu wajah tua anggota Dewan. Sepuluh orang pendukungku dari tadi kemana saja? Ini diam-diam membuatnya khawatir. Apa yang sedang dirancang orang-orang ini? Apakah mereka akan membelaku sampai akhir? Atau mereka akan berpaling kepada tida kota besar itu dan menusukku dari belakang? Manelais tidak ingin berakhir seperti ayahnya. Dia akan menguasai seluruhnya, sendirian, dan dia tahu siapa atau apa yang akan mendukung itu. Dia tersenyum dan bergumam, "Besok pagi, keputusan akan keluar dengan Cap Istana. Kalian semua pulanglah dan beristirahatlah. Upacara Kematian akan dilaksanakan besok siang. Rapat selesai. Terima kasih."
    Manelais bangkit. berjalan diiringi penasihat dan penjaga Rumah batu, sambil memikirkan satu nama: Soddik.

    0 komentar:

    Related Posts with Thumbnails

    La Musica