*saya sedang membenci orang-orang yang memBreidel majalah-majalah atau karya-karya yang disebut mesum. hari ini Ishtya ada di kamar saya, tapi dia tak bicara apa-apa sebab dia sedang asyik melihat lukisan terbaru saya, monalisa. lukisan itu mengingatkan saya pada Maryam*
........kau pikir yang itu saja
........kau tentu tak pernah mau mengerti, ini adalah di luar nafsu. ah, kau selalu tahu ini. kau tahu?
musuh-musuhku berkumpul di sekeliling kotaku bahkan tembok dan orang suruhanku dibakar
aku menangis tertumpah darah, jamur kuping menjadi makanan terakhirku tapi ditukarnya makanan itu
kerongkongan dan hatiku bergolak sebelum tak kuingat lagi kesalahanku aku tertidur datang satu wujud menabrak kebisuanku
sudah lama aku tak tahan seperti singa di masa mudaku
dia ploroti kulitku
kulihat merah darah putih tulang masih seperti dulu seperti awal perjuangan
walau tentaraku pasti habis dililit duit dan agamis fanatis
wujud berambut panjang runcing dagu tawa lengking aurat samar-samar kukenal dia dia bilang padaku: Merdeka! ah gila kataku
dia teriak padaku: Tuntas! ih, omong kosong celaku
dan aku teriak-teriak bagai ingin mati di atas puncak payudaranya:
"aku tak kuasa lagi melihat merah darahku tetes putih tulangku patah mari menutup mata di samping wanita telanjang ibu dari garba yang membersakan bumi tercinta ini kurasa hari penderitaan sudah dekat sirna mari mendekat sayang."
........kau tentu tak pernah mau mengerti, ini adalah di luar nafsu. ah, kau selalu tahu ini. kau tahu?
musuh-musuhku berkumpul di sekeliling kotaku bahkan tembok dan orang suruhanku dibakar
aku menangis tertumpah darah, jamur kuping menjadi makanan terakhirku tapi ditukarnya makanan itu
kerongkongan dan hatiku bergolak sebelum tak kuingat lagi kesalahanku aku tertidur datang satu wujud menabrak kebisuanku
sudah lama aku tak tahan seperti singa di masa mudaku
dia ploroti kulitku
kulihat merah darah putih tulang masih seperti dulu seperti awal perjuangan
walau tentaraku pasti habis dililit duit dan agamis fanatis
wujud berambut panjang runcing dagu tawa lengking aurat samar-samar kukenal dia dia bilang padaku: Merdeka! ah gila kataku
dia teriak padaku: Tuntas! ih, omong kosong celaku
dan aku teriak-teriak bagai ingin mati di atas puncak payudaranya:
"aku tak kuasa lagi melihat merah darahku tetes putih tulangku patah mari menutup mata di samping wanita telanjang ibu dari garba yang membersakan bumi tercinta ini kurasa hari penderitaan sudah dekat sirna mari mendekat sayang."
0 komentar:
Posting Komentar