25
Temi. Kenapa dalam kisah kami yang tak berkesudahan ini terdapat kisah seorang gadis bernama Temi? Karena kisah Temi adalah kisah paling menghangatkan dari seorang teman wanita kami sekeluarga.
Dan Temi pulang. Juga Si Tengah. Mereka membawa pakaian-pakaian ke kamar Si Tengah dan kami yang lain senyum-senyum nakal. Si Sulung mengatakan, "Dasar otak mesum." Dan kami melirik Si Bungsu, "Jangan dengarkan ocehan orang yang juga sedang pengen."
Lima belas menit mereka keluar. Wow!!!
Di depan pintu, kini, berdirilah seorang wanita belia dengan paras bak bidadari. Dia mengenakan gaun silver dengan taburan manik-manik di bagian V gaun. Namun dia seperti kerasukan, matanya terus meloto dan panik. Dia takut tampak aneh di depan orang-orang. Setelah pakaian, sekarang yang jadi masalah, "Bagaimana perutku gak kelihatan buncit?"
Tak ada gaun lain lagi yang mendukung. Malah sebuah gaun hitam kulit lumba-lumba menjadi mini, dan jika dia naik atau menunduk, habisalah dia.
Akhirnya dengan marah-marah, Si Sulung memilihkan gaun yang terbaik untuk Temi.
"Gunakan stagen."
Bahkan saking paniknya, Temi bertanya bahwa, "Pake bra atau putingnya ditutup pake plestes aja?"
"Terserahlah," jawab Si Sulung. Memang harus terserah, barang itu kan punya Temi, emangnya punya Si Sulung yang matanya saja mesum itu. "Yang penting nyaman." Si Sulung memang paling bisa bijak tapi dasar mesum ya tetap mesum. tapi Temi, kasihan, dia benar-benar tidak nyaman. sejam kemudian baru mereka berangkat.
Sampai di tempat pesta, ternyata pesta itu diadakan di gedung berukuran kecil. Suasana kekeluargaanya tampak sekali sebab, "Sepertinya semua orang yang hadir saling mengenal, meski bahasa yang digunakan agak berbeda," jelas Si Tengah dengan mata mengawang-awang.
"Kau trans?"
Orang-orang menyambut Temi dan Si Tengah dengan senang. Ketika mereka sedang mengambil makanan ringan yang terdiri dari agar-agar dan krim, kedua mempelai yang berbahagia menghampiri dan bertanya: "Setelah ini mau kemana? Aanak muda kan banyak acara?"
Temi dan Si Tengah tertawa ngakak. Mereka mengedarkan pandangan, tahu bahwa di pesata ini, para undangan datang dengan pakaian pantas, pakaian yang nyaman, tanpa menonjolkan jenis pakaian tertentu. tak ada yang memakai tuxedo. Temi menertawai Si tengah. Si Tengah balik menertawai Temi, yang gaun bagian perutnya agak mengembung aneh. Dan Si Tengah bertanya geli: "Menurut Mbak dan Mas, apa Temi boleh makan lagi?"
Kedua mempelai yang berbahagia tertawa ngakak. Tak ada undangan yang menoleh, merasa risih, dan mencibir tingkah kedua mempelai yang berbahagia.
"Itukan hari besar mereka berdua. Mereka pantas bahagia dan tertawa ngakak. Mereka yang kawin kok mesti menenggang perasaan "terhormat" para undangan yang belum tentu terhormat?" kata Si Sulung sok bijak dan kritis.
Mesum lu, dalam hati kami berteriak. Kemudian Si Tengah melanjutkan kisah Temi lagi: keduanya terseret dalam gelombang danda-dansy ketika ratusan tangan menyambar mereka ke dalam lautan manusia dengan gigi meringis dan celoteh asali. Berdansa. mari berdansy. Ayo berdanda-dansy. hilangkan duka dan lara, juga manner yang omong kosong. Baik tua baik muda. Bocah laki-perempuan riang gembira, seakan terbang melayang-layang, mengapung, saling berkejaran di atas langit-langit balon dan bunga-bunga hias. Kedua mempelai yang berbahagia turun dengan gegas dari panggung mereka yang tinggi menuju lantai dansa sesungguhnya. Temi bahkan berbisik pada Si tengah.
"Kita balik kalo pesta ini udah selsai."
Dan keduanya tertawa dalam lautan asmara-dana. Keduanya tertawa atas perkenalan dengan begitu banyak manusia ramah-tamah. Orang-orang itu kemudian menceritakan banyak hal. membuat Temi tertawa, terkejut, heran, dan tertawa lagi, ngakak lagi. di tengah pesta, temi ditelepon bapaknya.
"bagaimana pestanya, Mi? Sudah wakili Bapak sepenuhnya?"
"Bapak itu bodoh. pasti Bapak sangat menyesal tidak bisa datang kan?"
"Memang."
"dan saya sudah sampaikan permitaan maaf Bapak pada semua orang di sini. Hebat bukan?"
"Temi belum pernah seliar itu, bos," kata Si Tengah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya yang anggun. "rasanya aku ingin menciumnya."
"dan kita tahu siapa sebenarnya yang mesum," Si Sulung pakai kesempatan untuk membela diri.
"Tapi dia tulus, bos," bela Si Bungsu.
"Memang, tapi kalian berdua biasa kong kalikong, toh?"
Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha................!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar