Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

Laptop (Roro)

  • Rabu, 16 Desember 2009
  • A. Moses Levitt
  • Label
  • 31


    Merapikan tas dan meja kayu cokelat. Berbasa-basi sebentar di ruang kuliah, lalu berjalan pulang. Tidak ingin ikut nongkrong di kantin. Tidak mau merokok bersama kelompok tertentu yang gayanya seperti jagoan: duduk-duduk di atas sepeda motor besar dan memandang orang lain dengan sebelah mata.
    "Mang dia bajak laut pa?"
    "Ga juga sih, tapi mungkin saja dia bajak laut."
    Kami bertemu dengan Si Tengah di tangga turun. Dia bilang dia juga tidak ingin nongkrong di kantin sambil makan makanan siap saji kebule-bulean dengan mereka-mereka yang membuka internet hanya untuk chatting, utak-atik facebook, friendster, cari info soal artis, melihat video tindak kekerasan yang tidak mendidik sama sekali, juga download video klip lagu-lagu dari youtube.
    Kami jadi pikir-pikir sebab kami berempat pernah bertengkar hebat soal laptop.


    "Mau minta duit ke Ibu?"
    "Emang gak cukup komputer yang di kamar itu?"
    "Malah ada dua buah, terus laptop tua itu?"
    Tidak ada hasil yang menyenangkan. Masing-masing kami punya pendirian sendiri soal laptop ini. Ada yang mengatakan laptop bisa lebih murah dari pada komputer kantoran. Bisa dibawa kemana-mana. "Portable, boss." Tidak boros tempat. Keren. Modern. Bisa gaul dengan cewek-cewek cantik di kampus yang juga punya laptop keren. Mudah mengakses info. Pada pokoknya: "Apa saja bisa dengan laptop," kata Si Bungsu, yang menurut kami, naif. "Setidaknya lebih mudah mengerjakan tugas," dia melanjutkan dengan riang gembira seakan-akan laptop itu solusi buat orang modern.
    Tapi sayang, laptop juga naik harganya sesuai gonjang-ganjing dollar. Dia bisa dicuri dan dirusak dimana saja. 
    "Punya orang lain lebih bagus dan lu minder ntar," kata Si Tengah sok bijak pada Si Bungsu.
    Laptop bisa dijatuhi apa saja karena tidak kelihatan. Mudah dicuri perhatian dari mengerjakan tugas. Informasi-informasi yang sampah juga masuk ke kepalamu. 
    "Lalu otakmu yang bersih dikotori," Si Tengah tidak mau mengalah.
    Kita kemudian mengotori otak-otak yang lainnya, yang ada di dekat kita. Lalu kita yang banyak itu mulai berpikiran kotor terhadap orang-orang di sekitar kita. Dan penyebaran serta efek negatifnya semakin meluas.
    "Cukuplah dengan warnet," kata kami, nyaris mengakhiri debat aneh ini.
    "Jadi perjanjiannya, kalau semua warnet ditutup baru kita beli laptop satu-satu!" seru Si Sulung, berlagak kayak uang untuk beli laptop dari sakunya sendiri.


    Akhirnya kami setuju. Setuju untuk menunggu sampai Ibu menelepon dan menanyakan apakah kami tidak butuh laptop untuk keperluan kuliah? Ibu memang selalu lebih modern dari Bapak. Buat Bapak, nama baik dan kesejahteraan bawahanlah yang lebih penting. Kalau laptop mempengaruhi nama baik dan kesejahteraan bawahannya, Bapak akan setuju sekali semua orang punya laptop.
    "Itulah Bapak."
    "Gagap teknologi tapi dia sangat membanggakan kalian, anak-anaknya," gumam Ibu di sore itu, hujan masih deras dan suaranya yang terputus-putus membuat suasana terasa sakral.
    Bagi kami, Ibu meski lancar teknologi tapi sering pemahamannya tentang aspek-aspek kehidupan manusia masih sempit. Cocoklah Ibu dan Bapak menjadi pasangan sehidup semati. dalam istilah Latinnya kami ingat: "Unitas dan Indissolubilitas."
    Ibu dan Bapak memang tidak tahu sama sekali istilah itu. Tapi mereka menjalankannya. Sementara itu, banyak orang yang tahu istilah itu tapi pura-pura tidak pernah mendengarkannya atau pura-pura lupa. Mereka tahu namun enggan menjalankannya dengan berjuta alasan.
    "Mereka pikir cuma mereka yang punya masalah psikologi..."
    "Seks..."
    "Dan finansial..."


    Seandainya teori Seleksi Alam Darwin benar...

    0 komentar:

    Related Posts with Thumbnails

    La Musica