69
Tengah malam telepon berdering. Ogah-ogah kami turun dari tempat tidur. Di luar gerimis. Ternyata Si Sulung sudah di depan pesawat telepon.
"Kau menunggu telepon dari seseorang?"
"Mungkin Ibu."
"Dasar anak kecil."
"Bilang kalau kau benci Ibu."
Riccha menelpon. Latar belakangnya musik techno. Apa dia sedang party? Dia sedang ada di puncak.
"Balapan?"
"Setan lo, gw lagi di rumah Bokap."
Riccha menemukan nama Rara, bukan Roro. Satu-satunya Rara di universitas swasta terkemuka. Temannya, sesama presenter, dulu, kenal dengan seorang gadis belia, semester 2 yang bernama Rara. "Meski dia tidak dipanggil dengan Roro...nama tengahnya Rara Parameswari gitu, kayaknya..."
2 komentar:
mungkin sebelum masuk ke perkenalan awal dg rara/roro sebaiknya pada bagian richa menelepon ditambah lagi penjelasan ttg latar belakang kehidupannya atau bisa dibayangkan ttg ekspresi richa saat menemukan nama rara/roro. kalimat diluar gerimis sepertinya berdiri sendiri tanpa penjelasan.
memang seharusnya dijelaskan latar belakang si riccha ini, tp demi efektivitas n tidak membuat pembaca bosan dgn crita bertele2, penulis menganggap roro/rara selalu lebih penting...
Posting Komentar