Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

Nama+dongeng (Roro)

  • Kamis, 22 April 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label , , ,
  • 69

    Tengah malam telepon berdering. Ogah-ogah kami turun dari tempat tidur. Di luar gerimis. Ternyata Si Sulung sudah di depan pesawat telepon. 
    "Kau menunggu telepon dari seseorang?"
    "Mungkin Ibu."
    "Dasar anak kecil."
    "Bilang kalau kau benci Ibu."

    Riccha menelpon. Latar belakangnya musik techno. Apa dia sedang party? Dia sedang ada di puncak.
    "Balapan?"
    "Setan lo, gw lagi di rumah Bokap."
    Riccha menemukan nama Rara, bukan Roro. Satu-satunya Rara di universitas swasta terkemuka. Temannya, sesama presenter, dulu, kenal dengan seorang gadis belia, semester 2 yang bernama Rara. "Meski dia tidak dipanggil dengan Roro...nama tengahnya Rara Parameswari gitu, kayaknya..."

    2 komentar:

    SIANG SORE mengatakan...

    mungkin sebelum masuk ke perkenalan awal dg rara/roro sebaiknya pada bagian richa menelepon ditambah lagi penjelasan ttg latar belakang kehidupannya atau bisa dibayangkan ttg ekspresi richa saat menemukan nama rara/roro. kalimat diluar gerimis sepertinya berdiri sendiri tanpa penjelasan.

    A. Moses Levitt mengatakan...

    memang seharusnya dijelaskan latar belakang si riccha ini, tp demi efektivitas n tidak membuat pembaca bosan dgn crita bertele2, penulis menganggap roro/rara selalu lebih penting...

    Related Posts with Thumbnails

    La Musica