67
Apakah negri ini tidak memproduksi seorang anak manusia bernama Roro?
Apakah negri ini tidak memproduksi seorang anak manusia bernama Roro?
Sudah nyaris 4 semester kami keluyuran di uar sana, diterjang panas dingin..
"Kalo lo tuh seng, udah karatan dan tebakar."
"Tapi gimana caranya kita temukan Roro?"
"Mungkin kita harus ke paranormal atau mama-mama yang gipsy gitu, cez."
"Keerlaluan...lo kate Roro itu demit?"
Tapi dia ngilang?"
"DPO?"
Ah, mungkin saja tak ada pasangan orang tua yang menamakan anaknya dengan nama Roro. Tapi mereka lebih suka menamai anak-anakna dengan nama bule..
"Bulepe?"
Mereka lebih suka nama anak-anaknya mirip aktor aktris Hollywood gitu. tak suka mereka menamai anak-anaknya dengan nama melayu, nama kampungan, nama yang terlalu diperhitungkan dengan hari baik dan berat ringannya nama yang disandang. Kalo pake nama bule kan, tidak perlu repot-repot memikirkan semuanya itu? Tapi bagaimanakah awal dan akhir pengorbanan kami, Ibu? Kalau sampai semester 8 kami tak emukan Roro juga, kami akan pulang kampung dan kawin dengan anak perawan lain saja. Roro mungkin imajinasi Ibu.
Kemudian teringatlah kami akan seorang teman bernama Dewi. Mungkin Dewi ini bisa menghubungkan kami dengan Roro.
"Kok bisa?"
"Dewi itu nama sansekerta...Devi."
"Wow.. lo pintar juga."
"So, dimana kita bisa ketemu Dewi?"
"Di kampus."
"Tapi besok hari Minggu."
"Kita datang Senin."
"Aku harus ke Bogor."
"Gimana dunkz?"
0 komentar:
Posting Komentar