76
Kami merasa malu pada diri sendiri, juga pada tetangga sebab mereka begitu rajin pergi sembahyang di musollah atau masjid di kompleks ini, sementara kami, sudah nyaris 1bulan lebih tidak ke Gereja. Padahal dalam seminggu kami cuma pergi mengikuti Ekaristi pada hari Sabtu atau Minggu, pagi atau sore. Biasanya ada 5 perayaan Ekaristi dari Sabtu hingga Minggu. Dan kami cuma milih satu saja dari antaranya.
"Gitu aja susah, heran deh," celetuk seorang tetangga, si ibu langsing yang suka menyiangi rumput dari pot-pot bunganya.
Kami merasa tersinggung. Sangat tersinggung. Tapi ternyata si ibu langsing sedang mengajari putrinya memangkas bonsai. Sementara kami tidak memangkas apa-apa. Kami juga hanya duduk melihat-lihat orang-orang berkegiatan. Kami memang sedang malas. Bahkan untuk berdoa kepada Tuhan yang sudah memberikan kami semua hal yang indah di dalam hidup kami.
"jangan sampai ketahuan, Ibu," kata Si Sulung.
"Aku paling takut kalo ketahuan Bapak," timpal Si Tengah.
"Kakek juga bisa berang, cez," seloroh Si Bungsu.
Tapi kami berjalan ke belakang. Mandi dari selang air tanpa menanggalkan pakaian. Kemudian kami buka pakaian itu satu persatu hingga telanjang. Handuk kami lilitkan di badan, bulu dada tersisir air dengan rapi.
"Mau kemana lo?"
"Liat aja ntar."
"Gw juga mw mandi nih."
"Mu ngapain lo?"
"Mw sembahyang."
"IKUT!!!!"
Kor dari ruang tengah membahana mengisi otakku.
2 komentar:
sensitif bgt c???
coz mreka telah berbuat salah...
Posting Komentar