56
Itulah kenapa kami menyukai cerita epic, kolosal, karya sastra purba, misalkan Ramayana, Mahabharatta, dimana para gadis dari yang paling miskin sampai yang paling tajir; dari yang paling jelek sampai yang paling cantik. Bahkan yang belia sampai yang pantas dipanggil nini, menyerahkan keperawanannya dan mempertahankan cintanya pada seorang pria, pria yang berenergy, berjiwa patriotis, nekat membela wanita yang dicintainya itu dengan fight. Laki-laki atau wanita yang tidak fight tidak pantas bersatu di dalam rumah tangga.
"Kenapa emangnya, Bang?" Ah, Si Bungsu nongol lagi. Cp d....
"Karena_"
Menyebalkan sekali tahu bahwa orang yang baik-baik, harmonis, ternyata tak bisa fight untuk pasangannya dan untuk anaknya. Inilah suami omong kosong dan istri mulut besar.
Kemudian suatu hari yang cerah tapi di kejauhan sana mendung merayap dengan pasti, seakan mau mengatakan bahwa, tunggu aku di situ, aku tak akan lama. "Ih, ujan, bikin males kemana-mana aje."
Kami membuat wawancara televisi rekayasa di rumah Temi, sebab dia seorang wanita yang menggembar-gemborkan bahwa dia FEMINIS pemula alias amatiran.
"Tapi yang penting dia feminist kan?" Bela Si Tengah.
"Mentang-mentang gebetan lu_"
0 komentar:
Posting Komentar