52
Kami Kamis lalu tidak mencontreng di TPS. Nama kami tidak terdaftar dan kami berharap, ada orang dari RT atau Kelurahan yang mendata di setiap rumah, tapi, "TIDAK!"
"Rasanya kurang, gak ikut pesta rakyat," kata Si Sulung memelas. Sok nasionalis.
Bapak pasti marah besar kalau dia tahu. Dan partai yang kami sukai, hanya mendapat urutan ke-8 dari keseluruhan perolehan suara secara nasional. Padahal kami berharap janji-janji partai itu bisa direalisasikan karena memang bagus.
"Tapi itulah politik," bisik Si Tengah sok tahu politik. "Mudah juga sulit diprediksi."
Di suatu tempat yang dulunya adalah basis pastai ini, malah sekarang lebih dari 50% memilih partai lain.
"Koalisi harus terjadi."
"Partaiku mungkin jadi oposisi."
"Baguslah...loh bisa terus mengkritik pemerintahan yang kata Bapak, 'suam-suam kuku'."
Tapi kami tak mengerti maksud Si Sulung. Mungkin panas-panas tahi ayam. Mungkin kami perlu berdoa supaya teman-teman Bapak, tidak masuk Rumah Sakit Jiwa.
"Kenapa juga ada rumah sakit yang nyiapin unit-unit kayak gitu?"
"Iya, rasanya seperti menyumpahi orang-orang partai jadi gila agar rumah sakit mendapatkan uang lebih banyak.
"Ah, emang gitu. Rs sekarang ma sayapnya lebar-lebar..."
Si Bungsu muncul dari kamarnya. "Burung apa, Kak?"
0 komentar:
Posting Komentar