61
Si Sulung masih di kamar mandi. Memang kalau mandi, dia suka lama. Gosok apa aja zi? Si Tengah selalu saja bertanya dengan kesal, sementara badannya gerah dan mukanya kusut. Tapi hari ini, petang ini, kami ingin berbicara dengan tamu-tamu kami yang hebat sekaligus tidak hebat. Izinkan kami sebutkan nama-nama itu: Nama-Yang-Ingin-Kau Sebut atau Kau-Tentu-Tahu-Namaini: Juls, Niklas, Changk, Batokx, dan Zammy.
Mereka berlima datang siang tadi. Agak lusuh zih, tapi tak apa-apa, mereka adalah manusia-manusia dari stok yang paling baik dan gres. Lihat saja kalau kau ingin!
"Gw lahir di Indonesia," kata Juls membuka. Dia ini orang paling tinggi dan paling berbobot badannya, juga tak menyentuh rokok. Tapi tentu saja dia bukan yang paling pintas sebab nama kedua masih harus dilangkahi dulu. Hahahahahahaha...kami tertawa dengan lelucon sendiri.
"Gw punya nama belakang asli Indonesia," tambah Niklas, orang yang digadang-gadang paling pintar tadi. Tapi kau harus menguji kepandaiannya dulu, tentu saja, apakah dia tahu siapa pencipta teleskop? Tapi jangan coba-coba tanyakan pada manusia ketiga nanti, dia lebih suka sajak dan puisi juga bola kaki. Klub kesayangannya Chelsea.
"Ga ada sedikit pun darah dari negara lain yang mengalir dalam nadi gw," timpal Changk sambil membuka baju dan menyampirkannya di gantungan "tali kambing" di balkon kami. Tapi apakah sosok yang keempat nanti benar-benar asli Indonesia? Bukankah dia mirip-mirip orang Kanton?
"Tapi gw tetep ga pernah ngerasa memiliki negri ini," ucapnya dengan getas, seakan ada kesedihan yang gairah pada negri ini dalam getar suaranya. Dialah Batokx. Temen-temen masih mengira dia pemuda dari Filipina, sebab kata orang-orang dia bernama belakang Filipino. Ow, benarkah begitu? Tapi mari kita lihat KTP-nya. Nah, orang terakhir ini yang lincah mengenai KTP dan tetek bengek lainnya, sebab dia punya daya ingat dan suka mencari tahu yang tinggi. Duduk dengannya sehari, kau akan merasa belajar dari 100 profesor dari Yale.
Zammy mengeluarkan sebungkus rokok. "Tapi orang-orang dari negara lain ga kenal siapa gw, waktu gw jalan-jalan ke Singapur."
Jadi kami pikir: berbeda sekali dan bersyukur sekali mereka yang lahir di negara-negara bukan Indonesia dan memiliki nama belakang sesuai bahasa setempat. Jerman, Brazil, Arab, Israel, Thailand, Filipina, Malaysia. Di Indonesia, kami hidup bersama orang-orang yang secara "setengah-setengah" menganggap kami salah satu dari mereka. Dan oleh karena itu, orang asing akan sangat terkejut dan bertanya pada Si Bungsu:
"Kau benar-benar asli Indonesia?"
"Memang, kami tidak mempunyai ciri-ciri fisik yang jelas dan ini diperparah dengan isu rasial yang terhembus kencang akhir-akhir ini."
Dan Juls angkat bicara lagi, setelah hening yang galau.
"Di negara lain, isu rasial, dalam tanda petik memang seharusnya. Misalnya orang Prancis dan imigran dari Afrika. Memang nenek moyang keduanya lahir di tanah yang berbeda."
Niklas mulai greget dengan pembicaraan petang ini, meski kopi pekat panas baru disajikan oleh kami.
"Tapi di Indonesia, kau lahir di suatu pulau di sini, tapi kau tetap kena isu rasial oleh dan dari orang yang lahir di suatu pulau di negri ini juga."
Changk sedang sibuk membagikan gelas kopi. "Itulah kenapa orang asing menertawakan kita dan menganggap kita manusia primitif."
Batokx seakan baru muncul dari bunker persembunyiannya. Dengan diam-diam dia menyalakan cigaret dan menyeruput kopi. Melepuh sudah lidah dan bibirnya. "Tapi, gimana pun juga mereka yang rasis dan memprovokasi isu rasial demi alasan apa pun, bahkan demi melindungi Tuhan dan agama atau HAM, adalah orang yang perlu dibantu untuk keluar."
Maksud lu apa zi, Tokx, ga jelas banget deh.
Zammy melancarkan pukulan terakhirnya. "Mereka perlu dibimbing keluar dari dunia yang semu itu."
"Dunia yang picik, Bro!"
Ah, itu suara cempreng jelekx dari abang kami, Si Sulung, yang baru keluar dari kamar mandi. Tahu apa lu?