Sepakbola nasional keturunan Belanda, Diego Michiels
memutuskan untuk berpindah agama memeluk Islam. Keputusan ini diambil Diego
setelah sebelumnya berkonsultasi dengan salah satu kuasa hukumnya, Kapitra
Ampera.
"Hal yang
mengejutkan, Diego ternyata banyak menyimpan referensi tentang Islam dan dia
memutuskan untuk memeluk Islam di bawah bimbingan saya,"
ujar Kapitra di Gedung Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Jl Gajah Mada,
Jakarta, Kamis (7/1).
Pada kesempatan yang sama, Diego mengaku telah lama tertarik
dengan Islam. Hal ini disebabkan Diego telah lama hidup dan tinggal dalam
komunitas muslim.
Selain itu, Diego membubuhkan kata Mohammad dalam nama
lengkapnya. Kini, namanya menjadi Diego Mohammad Bin Robby Michiels.
"Ketertarikan ini
murni berasal dari dalam diri saya. Tidak ada tekanan dari pihak manapun. Juga
bukan karena kekasih saya seorang muslimah," terang Diego.
Proses pembacaan lafal Kalimah Syahadat disaksikan oleh tiga
orang saksi yaitu Riandi Rusman, Vidi Galenso dan Elza Syarief. Diego sempat
mengambil air wudhu sebelum mengucapkan kalimah syahadat.
#1
Tidak jadi masalah mau pindah agama, pindah Negara, apapun bisa dilakukan di
jaman modern dan dirasuki globalisasi ini. Prinsip saya, agama bukanlah gen
yang dibawa turun temurun. Jadi jika seseorang merasa baik beragama tertentu,
terserah dia mau pindah agama atau tidak.
#2
Meski begitu, berpindahnya seseorang ke suatu agama [yang bukan agama yang
dipeluk secara turun temurun dalam keluarganya] bisa juga menandakan bahwa dia
menemukan kebenaran yang lebih tinggi di agama itu atau malah memperlihatkan
bahwa imannya sebenarnya bisa “tergantung” pada situasi atau “mood”nya. Patut
dipertanyakan, seberapa teguh keyakinan seseorang macam begini?
#3
Bukan baru kali ini seorang pesepakbola yang berdarah blasteran [atau
benar-benar asing] yang beragama tertentu [misalkan Katolik atau Kristen]
berpindah ke agama tertentu [paling sering Islam]. Banyak hal yang menjadi
pertimbangan tentu saja. Ada yang karena lama menetap di Indonesia yang
mayoritas Muslim. Ada yang karena pacar atau istrinya Muslim. Dan masih banyak alasan
lainnya. Tapi yang paling menarik adalah nyari tidak pernah Koran [cetak dan
online] memberitakan seseorang pindah agama ke agama Buddha, Hindu, Katolik,
Protestan, Konghuchu, selain agama Islam. Semacam ada diskriminasi di sini.
Semacam ada pembesar-besaran, pameran bahwa suatu agama jauh lebih “menarik”
atau “hebat” dari agama lainnya. Seharusnya urusan agama adalah keyakinan
pribadi manusia individu dan Tuhannya, sehingga tidak ada relevansinya
diberitakan. Kita sering mengejek Amerika, tapi kelihatannya kita jauh lebih primitif
soal agama dibandingkan Amerika. Berita-berita macam begini cenderung
menyebabkan “semangat” permusuhan antar-agama. Apakah Koran [cetak dan online]
tidak sadar akan hal itu?
#4
Contohnya yang paling nyata adalah orang-orang saling mencaci maki dan
mengintimidasi di Koran online gara-gara Ibu Angelina Sondakh pindah agama
[Islam] dan sekarang terjerak kasus korupsi. Orang Kristen mengatakan Ibu
Angelina durhaka karena pindah agama, sedangkan orang Islam mengatakan sudah
dari sononya Ibu Angelina begitu, jadi agama Kristen yang salah. Ini kan bodoh.
Ayolah Koran [cetak dan terkhusus online] jangan memberitakan hanya demi rating
atau uang, perhatikan juga efeknya pada masyarakat Indonesia. Ataukah Koran [terkhusus
online] itu lebih senang masyarakat saling adu? Kalau begitu, kenapa masyarakat
tidak membreidel Koran macam itu saja?
#5
Dan semoga, setelah berpindah agama, seseorang menjadi jauh lebih baik dari
pada sebelumnya. Sebab ini menarik, [orang-orang akan berpikiran negative seperti
ini] bahwa di sela persidangan, ketika sedang diadili, setelah membuat
kejahatan, seseorang memutuskan pindah agama. Apakah itu tidak semacam “menyogok”
dengan caranya yang paling bodoh kepada jalannya hukum dan masyarakat yang
menyaksikan? Atau hanya sebuah pelarian? Seandainya begitu, wah benar-benar
harus diuji keimanan seseorang, bukan saja dari seberapa hafal dia akan
sesuatu.
Hiram Abiff
0 komentar:
Posting Komentar