Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

APAKAH MUNGKIN BUKU-BUKU FILSAFAT DISUSUPI ILLUMINATI-ZIONIS?

  • Kamis, 06 September 2012
  • A. Moses Levitt
  • Label , , , , ,
  • APAKAH MUNGKIN BUKU-BUKU FILSAFAT DISUSUPI ILLUMINATI-ZIONIS?

    Seorang kawan saya pernah berkata kepada saya begini, “Kamu tidak akan pernah tahu sebuah kebenaran sampai seseorang mengakui perbuatan tercelanya. Kamu bahkan bisa saja selama ini menjadi bagian dari kebohongan itu dan akan kelihatan tolol sekali ketika kamu mengetahui kebenarannya.”

    Saya katakan kepadanya bahwa saya tahu kebenaran tentang diri saya yang paling rahasia. “Kakek saya dituduh sebagai seorang komunis dan dia dihukum pancung pada tahun 66. Saya bahkan menulis buku tentang ini.”

    Kawan saya itu tertawa dan mengatakan, “Buku, kawan, yang dipakai para Illuminati-Zionis itu untuk meninabobokan para cendekiawan dan membuat seolah-olah para professor mengajarkan matakuliah yang penting dengan referensi pada buku-buku itu, padahal mereka sebenarnya sedang mengajarkan paham-paham yang didiktekan oleh kelompok tertentu. Kelompok ini juga kemungkinan, lewat tangan tak kelihatan yang dermawan, menyokong dana untuk cendekiawan dan para professor itu. Institup pendidikan mereka? Ah, siapa tahu didanai juga? Cek laporan keuangan mereka kalau mau tahu dari mana uang-uang itu datang. Uang SKS mahasiswa tidak mungkin cukup untuk itu semua.”

    Saya menjadi terbengong-bengong.

    Kawan saya bilang, “Itulah kebenaran, membuat terbengong-bengong.”

    Sejak saat itu saya mulai memperhatikan bahwa sebuah Institut Pendidikan yang pernah saya kenal, mengajarkan soal Filsafat, dan referensi mereka tidak lain tidak bukan berasal dari buku-buku. Kawan saya itu pernah bilang bahwa buku-buku itu kemungkinan dikerjakan oleh tim tertentu atau seorang jenius tertentu di sebuah lokasi yang dibiayai sepenuhnya oleh tentakel sebuah kelompok tertentu. Funsinya untuk apa? Untuk mempengaruhi pola pikir seseorang, alih-alih membuatnya pintar karena berpengetahuan. Ini kedengaran seperti seorang bapak memberikan buku tentang cara membuat pesawat kepada anaknya kemudian anaknya berhasil membuat sebuah pesawat yang menabrakkan dirinya ke sebuah gedung berisi orang-orang tak berdosa.

    Agak sadis bukan?

    Tahun 1848, seorang Yahudi Azkhenazi (berasal dari suku bangsa Khazar yang bukan Yahudi?) bernama Karl Marx (seorang Yahudi Kripto, nama aslinya Moses Mordechai Levy) menerbitkan The Communist Manifesto. Menariknya bersamaan dengan Marx mengerjakan ini, Karl Ritter dari Frankfurt University sedang menulis antithesis yang berikutnya menjadi dasar bagi “Nietzscheanisme” oleh FWN. Nietzscheanisme ini kemudian berkembang menjadi Fasisme dan Nazisme dan akan digunakan untuk menggerakkan perang dunia pertama dan kedua.

    Astaga!

    Buku, kawan, sebuah buku ternyata tidak hanya ditulis untuk menambah pengetahuan manusia, tapi mencuci otak manusia (bisa jadi para mahasiswa?) untuk melakukan apa yang diinginkan sekelompok orang agar mereka bisa mendikte dunia yang kita tinggali ini.

    Tragisnya, Anda dapat melihat semakin banyak orang terlibat aktif dalam diskusi macam begini. Anda bisa melihat bahwa orang-orang yang menonjol dari para mahasiswa yang dianggap sudah terkontaminasi buku-buku tentang suatu paham, diperhatikan oleh teman mahasiswanya, dosen matakuliahnya atau bahkan rektornya sendiri. Apa gunanya?

    Agar mereka bisa menjaga semangatnya.

    Mahasiswa ini kemudian diakomodasi untuk menghasilkan buku-buku dengan tema yang sama, biasanya dalam rangka mendukung paham penulis buku terdahulu (yang didanai oleh kelompok jahat tersebut?) dan makin menyebarluaskan ide tersebut. Kritik terhadap paham tersebut ujung-ujungnya mendorong orang melihat sisi baiknya dan mempengaruhi orang untuk mengikutinya dengan bodoh.

    Lihat saja, jika Anda mengambil tema yang dianggap sangat kritis terhadap sebuah buku atau paham, dosen matakuliah atau dosen pembimbing skripsi atau bahkan dosen penguji Anda akan membantai Anda. Membuat Anda berpikir bahwa Anda salah. Tulisan Anda jelek dan Anda tidak punya cukup bukti, tidak mempunyai pendasaran yang kuat dan hanya bisa dimasukkan ke tong sampah.

    Sebenarnya apa?

    Mereka takut. Mereka takut semakin banyak orang kristis terhadap apa yang mereka ajarkan lewat buku-buku (Filsafat?) itu. Mereka takut pada Anda dan mereka lebih takut lagi para agen-agen yang mendanai mereka selama ini. Jika makin banyak mahasiswa menulis sesuatu yang kritis, makin banyak kawannya membawa, bahkan kemudian ada penerbit independent yang menjadikan tulisan, makalah, skripsinya menjadi buku, dana yang mengalir selama ini akan stop perlahan-lahan dan kehidupan sosial para agen “isme-isme” itu akan hancur.

    Oleh karena itu, Anda mesti membaca sebuah buku teks sebagai buku teks, bukan sebagai manual hidup Anda. Banyak buku, banyak ide, banyak isme, banyak sekali orang yang hendak menyetir Anda. Anda pikir dua buku dengan dua penulis dan dua isme berbeda adalah hasil kerja seorang diri dari sang penulis? Anda sebaiknya mulai berpikir bahwa dua penulis ini secara sadar atau tak sadar dibiayai dan dimasukkan ide-ide itu oleh kelompok tertentu.

    Bagaimana kalau kelompok yang sama mempengaruhi dua penulis yang menulis isme berbeda?

    Anda harusnya mulai berpikir bahwa mereka mempunya maksud mengelabui Anda. Bagi mereka tidak penting isme apa yang masyarakat ikuti atau masyrakat baca, yang terpenting adalah hasil yang akan mereka capai. Mereka mendesign dua isme yang berbeda dalam buku-buku, kemudian misalnya Anda memilih satu satu dan menolak yang lain. Anda lihat? Anda sudah dikotak-kotakkan. Anda sudah dimasukkan dalam barisan ini dan bukan itu. secara kasar, Anda bisa dikatakan sudah menjadi musuh potensial bagi yang lain, yang berbeda isme dengan Anda, atau yang berbeda bukunya dengan Anda. Anda memuja seorang filsuf dan mengutuk yang lain. Apakah Anda pernah melihat dosen Anda tertawa karena ini?

    Anda mungkin sering melihatnya di ruang kuliah?

    Di koridor?

    Atau di ruangannya ketika Anda sedang bertamu?

    Isme-isme dalam buku yang And abaca menggerakkan Anda dan orang lain. Anda lihat demo di jalanan? Isme dan buku yang mereka baca berbeda tapi mereka sama mendemo pemerintah atau sebuah otoritas, misalnya. Kenapa? Karena tujuan dari buku yang mengandung isme itu diarahkan kepada kekacauan dalam masyarakat, diawali dengan ketidakpuasan, demo, kemudian kekerasan.

    Ingat, masayarakat yang Marx idam-idamkan justru membunuh banyak orang, menjarah, dan memperkosa, dari pada berbuat kebaikan? Anda pikir revolusi adalah tindakan heroik untuk mengembalikan hak-hak Anda, tapi ternyata Anda dan orang-orang lainnya dipakai oleh si penulis buku dan orang-orang di belakangnya untuk mengambil alih sebuah otoritas dan menguasainya. Sementara Anda dimana?

    Anda akan dijadikan budak atau robot bagi mereka. Tidak ada yang berbeda dari apa yang Anda pikir Anda perjuangkan.

    Apakah Anda pernah berpikir bahwa kemarahan pihak universitas kepada Anda karena Anda indisipliner berhubungan dengan yang Anda baca di atas? Sekarang saya berpikir bahwa mahasiswa-mahasiswa yang “tidak bisa diatur” ini meresahkan otoritas universitas karena Anda sebagai mahasiswa, tidak mudah diarahkan untuk sebuah kepentingan. Saya pikir jika Anda termasuk mahasiswa “Indisipliner” Anda jangan berkecil hati dan merasa tidak berharga sama sekali. Silakan Anda berusaha menjadi mahasiswa yang disiplin, tetapi harus tetap berjiwa pembangkang sama seperti ketika Anda disebut mahasiswa “tidak bisa diatur” karena dengan begitu Anda tidak mudah didoktrin oleh buku-buku isme-isme yang disodorkan dosen untuk Anda baca.

    Salam!

    _Hasmodaeus_

    0 komentar:

    Related Posts with Thumbnails

    La Musica