M. Nazaruddin meradang. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang kemarin ditetapkan sebagai tersangka kasus suap wisma atlet itu menyatakan uang dari proyek bernilai Rp 191 miliar di Kementerian Olahraga itu jadi bancakan sejumlah koleganya, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, yang disebutnya menerima Rp 5 miliar.
Andi membantah tudingan ini. "Saya tidak mengerti tuduhan apa lagi yang diarahkan kepada saya. Lebih baik Nazaruddin pulang dan menyampaikannya ke KPK," ia balik menantang.
Inilah wawancara Tempo dengan Nazaruddin melalui BlackBerry Messenger beberapa jam setelah ia ditetapkan sebagai tersangka.
Anda kini tersangka. Apa tanggapan Anda?
Uang Rp 9 miliar dari Sekretaris Jenderal Kementerian Pemuda dan Olahraga (Wafid Muharam) diberikan oleh Paul (pengusaha). Dari Paul ke I Wayan Koster (anggota Badan Anggaran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Angelina Sondakh (anggota Badan Anggaran dari Demokrat), lalu diserahkan ke Mirwan Amir (Wakil Ketua Badan Anggaran dari Demokrat). Dari Mirwan diserahkan ke pemimpin Badan Anggaran dan Ketua Fraksi Demokrat (Jafar Hafsah). Jatah untuk Demokrat tidak diserahkan ke saya, tapi langsung ke Ketua Umum Demokrat Anas (Urbaningrum).
Saya bingung lihat ini semua. Padahal, Mirwan dan Angelina sudah mengakui ini semua. Malah, saat kasus ini meledak, di depan saya, Angelina, dan Jafar Hafsah. Mirwan mengaku baru saja memberi Rp 7 miliar untuk mengamankan media. Ini jelas rekayasa. Saya bingung atas dasar apa KPK menetapkan saya sebagai tersangka. Padahal, saya tidak pernah terima uang dari urusan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Saya lihat sudah luar biasa rekayasa terhadap saya. Semua jatah uang anggaran Demokrat, dia yang pegang dan langsung lapor ke Ketua Umum Demokrat.
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng tahu soal ini?
Menteri Andi tahu. Ketua umum Demokrat tahu semua mereka yang menerima uangnya. Saya tahu cara kerja mereka dan kapan mereka terima uangnya. Andi Mallarangeng terima Rp 5 miliar.
Lewat siapa?
Lewat Pak Paul, orangnya Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Kapan persisnya uang diserahkan, setelah kejadian penangkapan KPK atau sebelumnya?
Semua uang yang dikelola Mirwan diserahkan ke Anas Urbaningrum. Diserahkan sebelum kejadian. Itu pengakuan Mirwan. Setelah kejadian, Mirwan serahkan uang Rp 7 miliar lagi ke Anas untuk pengamanan media. Mirwan cerita itu kepada kami berempat di ruangan Jafar, sebelum memulai pertemuan dengan TPF Demokrat. Ada Mirwan, saya, Jafar, dan Angelina.
Informasi ini akan diserahkan ke KPK?
Saya ada rekaman percakapan itu. Cuma saya enggak percaya kepada KPK lagi.
**setelah membaca ini, saya kira bukan Parpol atau Sistem di negeri ini yang korup dan bobrok, tapi individu yang membiarkan dirinya masuk ke dalam keadaan korup dan bobrok, mungkin untuk kebahagiaan fisik dirinya dan keluarga??? Pada pokoknya, jangan jadi banci seperti orang-orang korup itu. Jika Anda laki-laki, Anda terlihat menyedihkan dan "tamat" kalau pengecut. Saya tidak mengharapkan orang-orang korup itu dihukum seberat-beratnya, saya hanya minta, uang yang mereka korup dikembalikan ke pos-pos yang semestinya!**
Andi membantah tudingan ini. "Saya tidak mengerti tuduhan apa lagi yang diarahkan kepada saya. Lebih baik Nazaruddin pulang dan menyampaikannya ke KPK," ia balik menantang.
Inilah wawancara Tempo dengan Nazaruddin melalui BlackBerry Messenger beberapa jam setelah ia ditetapkan sebagai tersangka.
Anda kini tersangka. Apa tanggapan Anda?
Uang Rp 9 miliar dari Sekretaris Jenderal Kementerian Pemuda dan Olahraga (Wafid Muharam) diberikan oleh Paul (pengusaha). Dari Paul ke I Wayan Koster (anggota Badan Anggaran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Angelina Sondakh (anggota Badan Anggaran dari Demokrat), lalu diserahkan ke Mirwan Amir (Wakil Ketua Badan Anggaran dari Demokrat). Dari Mirwan diserahkan ke pemimpin Badan Anggaran dan Ketua Fraksi Demokrat (Jafar Hafsah). Jatah untuk Demokrat tidak diserahkan ke saya, tapi langsung ke Ketua Umum Demokrat Anas (Urbaningrum).
Saya bingung lihat ini semua. Padahal, Mirwan dan Angelina sudah mengakui ini semua. Malah, saat kasus ini meledak, di depan saya, Angelina, dan Jafar Hafsah. Mirwan mengaku baru saja memberi Rp 7 miliar untuk mengamankan media. Ini jelas rekayasa. Saya bingung atas dasar apa KPK menetapkan saya sebagai tersangka. Padahal, saya tidak pernah terima uang dari urusan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Saya lihat sudah luar biasa rekayasa terhadap saya. Semua jatah uang anggaran Demokrat, dia yang pegang dan langsung lapor ke Ketua Umum Demokrat.
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng tahu soal ini?
Menteri Andi tahu. Ketua umum Demokrat tahu semua mereka yang menerima uangnya. Saya tahu cara kerja mereka dan kapan mereka terima uangnya. Andi Mallarangeng terima Rp 5 miliar.
Lewat siapa?
Lewat Pak Paul, orangnya Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Kapan persisnya uang diserahkan, setelah kejadian penangkapan KPK atau sebelumnya?
Semua uang yang dikelola Mirwan diserahkan ke Anas Urbaningrum. Diserahkan sebelum kejadian. Itu pengakuan Mirwan. Setelah kejadian, Mirwan serahkan uang Rp 7 miliar lagi ke Anas untuk pengamanan media. Mirwan cerita itu kepada kami berempat di ruangan Jafar, sebelum memulai pertemuan dengan TPF Demokrat. Ada Mirwan, saya, Jafar, dan Angelina.
Informasi ini akan diserahkan ke KPK?
Saya ada rekaman percakapan itu. Cuma saya enggak percaya kepada KPK lagi.
**setelah membaca ini, saya kira bukan Parpol atau Sistem di negeri ini yang korup dan bobrok, tapi individu yang membiarkan dirinya masuk ke dalam keadaan korup dan bobrok, mungkin untuk kebahagiaan fisik dirinya dan keluarga??? Pada pokoknya, jangan jadi banci seperti orang-orang korup itu. Jika Anda laki-laki, Anda terlihat menyedihkan dan "tamat" kalau pengecut. Saya tidak mengharapkan orang-orang korup itu dihukum seberat-beratnya, saya hanya minta, uang yang mereka korup dikembalikan ke pos-pos yang semestinya!**
0 komentar:
Posting Komentar