Dia ingat betul hari itu hari Sabtu. Tapi pagi telah mengua bersama hawa panas yang menyisakan garam bagi para pengais garam di pinggiran pantai, nun jauh di Sumatra sana. Adakah mereka merasa bahagia dengan pencaharian itu?
Kekasihnya sedang tidak berada di kamar yang merupakan sarang cinta itu--sarang cinta yang telah dengan susah payah mereka bangun di bulan Januari 2010. Mungkinkah kekasihnya pergi mandi dan membasuh dirinya hingga bersih dan suci? Yah, mungkin sekali--kekasihnya seperti itu, bersih dan suci.
Dia tak terlalu ingat akan lantai dan jenang pintu. Yang dia ingat adalah lekuk-lekak daun pintu putih dan kain nyaris basah di kedua belah pantatnya, dengan larik-larik pagar dan urat-urat daun ungu tua di gerayang sinar mentari di kejauhan sana. Tepat di lajur matanya, baur, tua, dan kuning telur.
Kira-kira lima belas menit dia, laki-laki itu duduk menekukan lututnya yang kurus-kurus ke dagunya yang runcin juga. Diteguknya segelas besar kopi ABC, disulutnya sebatang cigaette putih yang baru saja dibelinya dari warung sebelah sana. Dan dia mulai merasa jatuh cinta ...jatuh cinta lagi jingga hatinya terasa perih dan keyakinannya menebal...
Adakah dia mencintai dan jatuh cinta lagi pada kekasihnya itu?
Sepi memang. Agak sepi sebab kekasihnya sedang mandi dan gelap akan merayap ke timur kemudian berhamburan ke barat. Lalu tak ada yang terang lagi di bawah sini, sementara bintang-bintang dan bulan memberi titiktitik kuning yang agak kabur di pelataran langit.
Sebuah bunyi ngiang entah datang dari mana. an dari balik embok kamar-kamar 3x4 itu, di ujung sana, kekasihnya muncul, bagai gadis suci dari dalam tanur api, yang telah disepuh menajadipedang Elf yang liat. Besinar, cemerlang, dan agung. Lalu dia cinta padanya, jatuh cinta padanya lagi, pada wanita itu, yang dia beri nama DIAMOND.