

*hari itu saya bertemu seorang gadis Jawa berkecamata bernama Gita. dia aktif di rumah ibadahnya, muda dan penuh inspirasi. Ishtya selalu pulang ke Lebanon kalau saya menulis puisi tentang seorang perempuan. mungkin saya mencintai dia*
tiga jam tidur malamku, cukup?
semua bergulir tak peduli pada keheranan dan mencemooh ketidaksiapan.
kuning bajunya, oval wajahnya, dengan sedikit cekung porselen di dagunya
gita
diam dentang denting dendangkan lagu anak-anak sedunia.
gita
bersuara lembut di dua kebaikan
lekas dekat kesana dekap dan dekap lagi gita?
alunan itu, heibat kukatakan: ini hawa itu, sebenarnya. katanya: itu azali dan suci. tidakkah kebaikan adalah kebaikan? lalu aku tersenyum, "ya".
0 komentar:
Posting Komentar