Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

Koordinasi Buruk Hadapi Banjir

  • Minggu, 10 Oktober 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label ,

  • Kelambanan penanganan bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat, disebabkan buruknya koordinasi penanganan oleh pemerintah. Padahal, jika pemerintah betul-betul menyadari bahwa Indonesia adalah negara rawan bencana, koordinasi bisa dirumuskan sejak awal sehingga implementasinya lebih baik.

    Kepala Konsorsium Pengurangan Risiko Bencana Dadang Sudardja mengatakan, persoalan penanganan bencana bukan terletak pada ketersediaan aturan yang jelas, tetapi pada aspek implementasinya. Implementasinya sering gagal karena tak ada koordinasi.

    "Harusnya sudah bisa diprediksi, ya. Kami kan punya peta kerawanan bencana. Negara ini punya tingkat bencana yang cukup tinggi. Kami harusnya punya aparat yang punya daya jelajah tinggi. Harusnya kalau dikoordinasikan dengan baik bisa. Tapi, kami tidak mempersiapkan diri. Saya kira persoalannya di tingkat koordiinasi, pola komunikasi yang membuat bertanya terus ini kewenangan siapa?" ujarnya dalam diskusi mingguan Polemik di Warung Daun Cikini, Sabtu (9/10/2010), yang bertajuk "Bencana Alam Mengancam".

    Dadang mengatakan, terjadi stagnasi di pemerintah daerah dalam merespons kebijakan tentang penanganan bencana. Dalam data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterimanya, Dadang mengatakan, korban bencana masih mengalami kekurangan bantuan, terutama kebutuhan dasar pengungsi, seperti makanan, tenda, selimut, premium, dan kantong jenazah. Para relawan yang masuk juga masih minim.

    "Kalau bisa berjalan baik sebenarnya bisa diminimalisasi. Kami ini reaktif. Padahal, kami sudah ada peraturan tentang pengaturan bencana dan ada rencana nasional yang bisa diimplementasikan," kata Dadang.

    Staf ahli presiden, Velix Wanggai, mengatakan, pemerintah sudah memiliki standar penanganan bencana yang sudah diterapkan dalam tiga tahun terakhir. "Peta kerawanan bencana dan perubahan iklim sudah ada," ujarnya.

    Jual Diri Setelah Bencana

  • Kamis, 07 Oktober 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label
  • Menjadi pelacur di kampung sendiri. Itulah kenyataan yang terjadi pada banyak pengungsi perempuan di dua pertiga kamp pengungsi korban gempa bumi Haiti. Temuan dari Refugees International (RI) pun mengemuka ke media massa. "Para perempuan terpaksa menjual diri untuk mendapatkan makanan," begitu catatan Juru Bicara RI, Melanie Teff, kemarin.

    Gempa bumi itu sudah sepuluh bulan berlalu. Insiden tersebut menewaskan paling sedikit 250.000 jiwa. Tak cuma itu, lebih dari sejuta warga Haiti kehilangan tempat tinggal.

    Masih menurut Teff, bahkan tiap hari banyak kasus perkosaan beramai-ramai. "Perlindungan keamanan amat minim dan preman merajalela hingga suasana penampungan menjadi menakutkan," tuturnya.

    Berangkat dari kejadian itu, Teff meminta Pemerintah Haiti memberikan perlindungan lebih besar kepada para pengungsi.

    Sementara itu, mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, yang juga utusan khusus PBB untuk Haiti mengaku frustrasi dengan lambatnya penyaluran bantuan yang dijanjikan. Namun, Clinton mengisyaratkan bahwa Pemerintah AS segera mengirim apa yang ia sebut sebagai uang muka bantuan dalam jumlah besar.

    Tuti Sang TKW yang Nyaris Gila

  • Rabu, 06 Oktober 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label
  • Tuti Handayani (22), wanita cantik korban pedagangan manusia (trafficking), ketika bekerja ke negara jiran Malaysia, mendapat sejumlah bantuan dari Ketua Tim Penggerak PKK Langkat, Ny. Nuraida Ngogesa Sitepu.

    Korban, warga Desa Pasar Baru Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, itu beberapa waktu yang lalu sempat diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya di Malaysia.

    Setelah berjuang, akhirnya Tuti Handayani bisa pulang ke kediaman keluarganya. Namun, sangat mengenaskan.

    Tuti hilang ingatan dan harus mendapat perawatan dari psikiater. Selain itu, setelah mendapat pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Langkat, kondisi Tuti akhirnya pulih, dan kini dia bisa beraktivitas kembali.

    Pada Selasa (5/10), Ketua PKK Langkat Ny Nuraida Ngogesa Sitepu, berkenan memberikan sejumlah bantuan kepada Tuti Handayani.

    Nuraida juga mengimbau masyarakat Langkat, bila menemukan gejala ataupun adanya orang-orang yang memberi iming-iming untuk dipekerjakan ke negara jiran, jangan lekas percaya.

    "Telusuri terlebih dahulu, jangan nanti akhirnya masyarakat akan menjadi korban pula, seperti yang dialami Tuti Handayani. Kita tidak inginkan lagi Tuti lainnya menjadi korban," katanya.

    Demi Ibu (Roro)

  • Selasa, 05 Oktober 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label , , , ,
  • Kabar tentang sakit Ibu dan Ibu yang menangis diam-diam di kamar mandi (laporan oleh saudari kami, Gunaprya) telah membuat kekacauan tambah besar. Disamping harus pecah otak buat bantu Abang. Kami juga harus mikirin gimana buat Ibu senang dan tidak ada dalam keadaan yang bisa membuat Ibu serangan jantung mendadak.

    Yang bisa kami ber3 saudara lakukan ada beberapa hal, maka diam-diam kami, Si Tengah dan Si Bungsu merembug di tempat jemuran waktu Si Abang lagi pergi sebentar ke perpustakaan kampus. Kami ber3 berbicara tentang kehidupan kami ber4. Kami berjanji akan melancarkan rencana tanpa cacat. Kami akan rajin belajar. Dapat IPK 3 koma. Cari kerja dikit-dikit dan tidak sibuk pacaran dulu.
    "Ga ML dulu," cetus Si Tengah.
    "Gak ngedrugs," sambar Si Bungsu.
    Tidak minum JD, Tq, Mar, atau BM. Tidak party-party di Musro atau Indochine dan melakukan tindak kriminal apapun.

    "Demi Ibu!" kami berseru nyaris haru.
    "Demi Ibu!" Si Tengah dan Bungsu ikut gempita.
    Dan mulai detik ini kami ber3 akan bantu Abang menyelesaikan skripsinya dalm 3 bulan ke depan. Biar Ibu senang dan dengan itu menjadi panjang umurnya. Setelah itu kami ber3 akan giat menemukan Roro, di lubang manapun dia berada.
    Kami harus, juga demi Ibu!
    Related Posts with Thumbnails

    La Musica