Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Introduksi

Blog ini mengemas NEWS, PROSA, PUISI, dan CERITA-SEKITAR-KITA. Sebagian besar berisi berita yang "Tidak Mengenakkan Dalam Masyarakat". Alasannya adalah supaya para pembaca tidak ikut-ikutan menjadi Orang Indonesia yang "Buruk". Kita sudah bosan dengan kerusuhan, konflik, entah atas dasar SARA atau Intervensi Asing, jadi marilah kita lindungi diri kita dari orang atau kelompok yang "Menginginkan Keburukan Terjadi Dalam Negeri Kita Ini".


_Asah Terus Penamu_





WeDaySupport

Tamu Wajib Lapor










hibah sejuta buku

Translate via google transletor

  • Senin, 24 Mei 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label
  • Sebenarnya udah lama gw pengen bagi2 info ttg segala hal yang bisa buat blog gw jadi oke. Salah satunya, mungkin ini awal dari infor2 lainnya, gw kasih info ttg buat Google Translator di blog gw. Dan tentu saja, lo pada bisa ikut.

    Sekadar info: Alat ini berguna supaya pembaca dapat milih bahasa blog yang dia pengen. Dengan bantuan alat ini, lo gak perlu repot-repot lagi terjemahin blog lo dalam dua atau beberapa bahasa secara manual, tapi cukup pasang gadget ini di blog lo dan Google akan terjemahin blog lo dalam bahasa yang pembaca lo pengen. 

    Untuk pasang gadget ini gak terlalu sulit. Berikut ini gw kasih langkah-langkah pemasangan gadget tadi. Ini juga gw kopi dari postingan seorang temen yang baik hati di Blogfam.com.

    Pertama, arahkan browser lo ke alamat: http://translate.google.com.
    Kedua, klik link Tools (pastikan tabs background Tools berubah menjadi putih).
    Ketiga, pilih bahasa blog lo pada dropdown menu di samping kanan tulisan Select the language of your webpage. Misalnya, Indonesian.
    Keempat, Salin kode yang ada pada kotak di bawah tulisan "Copy and paste the HTML below to include the gadget on your webpage" dan tempel ke sidebar pada blog lo.
    Untuk memasang gadget pada blogger.com, silakan masuk ke dashbord, kemudian pilih template, revertlah template lo ke classic template terlebih dahulu, kemudian tempelkan kode pada bagian di bawah , dan klik save changes.
    Kelima, kunjungi blog lo. Lo akan melihat sebuah kotak Google Translate di sidebar blog lo. Lo dapat mencoba melihat tampilan blog lodalam bahasa lain. Tentu saja, translasi yang dihasilkan tidak sebaik translasi yang dihasilkan oleh alihbahasawan.
    Selamat mencoba. Jika menemui kesulitan, jangan ragu untuk bertanya ke mereka yang tahu banyak.
    wkwkwkwkwkwk

    Stagnant? (Roro)

  • Kamis, 20 Mei 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label , , ,



  • 82

    Sudah tanggal 20 may. Benar-benar cepet itu waktu berlalu. Susah juga mengejarnya, sementara kami sudah ketinggal sejumlah mata kuliah. Seharusnya ada yang menghubungi kami untuk bertanya apakah kami ingin menitip tandatangan atau bilang sakit saja? Tapi kali ini tidak sama sekali.
    "Apakah semua temen kita sudah lupa akan kita?"
    "Atau mereka sudah mati?"
    "Bisanya?"
    "Mereka naik gunung dan menghirup gas beracun seperti Gie."
    "Atau kena tembak di Priok."
    Ah, tolong, pliz, jangan mengada-ada.

    Memang ini bulan paling menyebalkan karena nyaris semua rencana kami gagal di bulan ini. Begitu bencinya kami pada bulan ini sehingga kami tak mau mengisinya dan membuat dia bangga pada temen-temen bulannya yang lain bahwa: "Aku sudah membuat mereka ok."

    Roro. Oh, Roro. Pencarian atas Roro stagnant. Berhenti di titik kami sedang kesal pada perguruan tinggi kami. Oh, betapa rugi. Andai saja waktu bolos kuliah ini kami manfaatkan untuk jalan-jalan ke Pondok Gede, hanya untuk survei lapangan, tentu kami sudah tau gang mana yang selalu Roro lewati jika hendak pergi dan pulang kuliah. Ah, rugi banget. Setan alas ini! Kok gak terpikir sejak kemaren-kemaren si?

    Bolos Kuliah (Roro)


    81


    Terus terang saja, kami agak benci ketemu sekretarian kampus guna mengurus tetek bengek perkuliahan kami. Ibu dan Bapak pasti marah, tapi kami benci bertemu orang-orang sekretariat. 
    Di rumah kontrakan, suasana berubah. Kami nyaris seperti seorang frelens yang boleh keluar bekerja kapan saja tanpa ikatan. Dan lucunya kami bahagia, meski pergi kuliah tidak pernah bisa frelens.

    Semua orang pengen tiduran, main komputer. Apalagi Si Tengah sedang demam main game online biliar. Katanya dia pengen hafalin trik-triknya terus nantangin orang-orang sok jagoan yang dia ketemu di biliar sentral. Dia pengen taruhan duit: sekali menang angkat 20.000 rupiah. 
    "Bagus juga tuh."
    "Iya dong, gede dapetnya."
    "Bagus di tangkep polili dodol."
    Akhirnya siang ini diakhiri pertengkaran Si Tengah vs Si Sulung.

    Kembali dari beli mie dan telor buat direbus makan siang. Sebab stok duit di ATM menipis, kami tidak saling tengur sama yang lainnya. Semua kelihatan betah bolos kuliah nyaris sebulan. Apa gak ditanyain orang sekretarian dan teman-teman? Kelihatannya gak, sebab gak ada yang menelpon. Mungkin teman-teman, sama halnya dengan sekretariat, sedang ingin kami gagal semester ini. Kemudian Si Bungsu membuat kami terkesiap. Dia berbisik: "Semoga Roro gak tiru kita."
    "Kenapa?"
    "Dia kan kuliah."
    "Terus?"
    "Ntar orang tuanya jadi stres. Kita gak mau Roro kenapa-napa kan?"
    "Jangan disumpahin dong, Dek."
    "Prepare aja, Bang."

    How to add Audio to your blog

  • Rabu, 19 Mei 2010
  • A. Moses Levitt


  • Bisnis SMS Tipu (Roro)

  • Rabu, 12 Mei 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label , ,

  • 80

    Betapa tertekannya kami hari ini. Sebab di  dalam rumah kontrakan ini tidak ada yang bernasib mujur sejak kemarin. Si Sulung yang berpacaran secara sembunyi-sembunyi dari kami nyaris tidur dengan seorang pelacur di rel kereta api. Si Tengah yang hubungannya kacau balau dengan Temi pulang subuh dalam keadaan teler. Si Bungsu ditipu mentah-mentah oleh sms sialan yang mengatakan bahwa dia mendapat undian 50 juta rupiah.

    Si Bungsu memaki-maki orang itu. Dia bahkan mencatat no hp si pengirim dan berjanji akan mencoba menghubunginya sembarangan waktu. 
    "Jika kebetulan dia sedang keluar dari sarang penipuannya dan kebetulan berada dekat saya...saya teriak dia penipu keras-keras, biar dia tahu rasa."
    "Jangan. Berbahaya."
    "Kenapa?"
    "Ntar dia dihakimi massa. Trus lo yang dituduh ngolot, provokasi. Lo masuk penjara. Lo di hajar di penjara. Trus lo dihantui arwah gentayangan tuh orang."
    "Klo gitu gak jadi deh. Gw lapor polisi ja."
    "Itu jauh lebih baik."

    Kami berjalan keluar setelah perbincangan itu. Rasanya perbincangan itu mengerikan sekali. Mungkin si tukan tipu sms itu tidak tahu akibat yang ditebarkannya. Begini rutenya: dia iseng mengirim sms. Itu bisnis operatornya untuk menyedot pulsa dari telepon kita. Dia dan konco-konconya akan senang berbagi hasil. Kemudian orang-orang yang merasa ditipu geram. Mereka menelpon dan memaki-maki. Mereka seperti Si Bungsu, coba menelpon setiap ada kesempatan siapa tau si penipu ada di dekat-dekat situ. Lalu dengan marah, teriaklah si tertipu "Maling" maka massa mengeroyok si penipu tanpa ampun. Mungkin orang itu sudah mampus pas sirene meraung-raung.

    Ketika kami masuk ke dalam rumah lagi, Si Bungsu bergumam pelan, "Tidakkah si penipu sms itu tahu bumerang yang akan dia terima?"
    "Dia mungkin penipu bego."
    "Tapi mungkin juga punya bekingan ok."
    "Omzetnya gede pasti."
    "Bisnis bangsat."
    "Kita lapor polisi sekarang saja?"
    "Sekalian cari tahu apakah di kantor polisi sini ada info tentang Roro."
    "Saya baru inget, Bang."
    "Gw juga."
    "Ayo."

    Bajak+laut (Roro)

  • Selasa, 04 Mei 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label , , ,

  • 79

    Roro itu bagai buah kelapa.
    Tahukah kau buah kelapa ini berasal dari mana? Tentu kau menebak, buah kelapa dengan goresan JS itu berasal dari pantai Banda Neira. Sama seperti kami berempat bersaudara satu Bapak satu Ibu, bertengkar tentang dari mana asal buah kelapa JS itu.

    Sebagaimana puisi yang ajaib membangkitkan tidur pikiran dan melelapkan kantuk badan, seperti itulah pencarian dan spekulasi tentang Roro.

    Maka mari dengarkanlah kami berempat sebapak seibu bertengkar pakai logika Alexius Lanurius dalam menentukan dari manakah asal buah kelapa yang terapung timbul tenggelam di pinggir lautan ini.
    "Kau pikir aku dungu? Tentu saja dia berasal dari pohon kelapa di pinggir pantai."
    "Pada pasir putih yang agak kasar."
    "Nehi...nehi...nehi..."
    "Aca...aca..aca.."
    "Gunakan otakmu. Buah kelapa itu berasal dari kamar pemimpin bajak laut."
    Wow, ini tolol. Bagaimana mungkin bisa begitu? Coba kau jelaskan, dungu. Tapi si dungu tak mau menjelaskan, dia lebih suka bercerita kepada kami. Begini cerita itu dimulai: Alkisah, sebuah kapal pembajak menderu laju dari arah datangnya sinar mentari yang tebenam. Langit masih biru. Air masih jernih. Dengan teropong Manecitus, laki-laki flamboyan bergigi emas empat biji itu mengarahkan pandang ke pantai. Berdirilah begitu banyak pohon kelapa. 
    "Rayuan pulau kelapa"
    "Gak lah, itu lagu."
    "Maksud gw si bajak laut dirayu pulau kelapa?"
    Tidak. Bukan seperti itu menceritakannya. Ceritanya berlanjut begini: Alkisah, ketika kapal bajak itu telah merapat dan kelapa telah dilepaskan dari tandannya, para bajak laut memenuhi tempat penyimpanan anggur tahun 1245 mereka dengan air kelapa. Tapi ada sebuah kelapa yang disediakan buat pemimpin bajak laut. pada kulit kelapa itu telah di goreskan petunjuk.
    "Omong kosong. JS. Artinya Jangan Sekarang."
    "Jangan Saya."
    "Jamah Saya."
    Ngelantur. Mesum. Alkisah, JS itu diukir oleh seorang bajak bernama Morlandirh yang tanganya putus dan punya jemari palsu dari pisau-pisau potong daging. Dengan indah dia mengukirkan JS. Tapi ketika hendak berpesta anggur dan air kelapa, kapal bajak dihantam ombak kiriman Odin, dewa samudra. Jadilah kapal itu porak poranda. Tak ada yang selamat. Kemudian terapung-apunglah. Timbul-tenggelamlah buah kepala itu hingga ke bibir pantai yang buih asin.
    "Untuk apa kau ceritakan kisah panjang lebar itu?"
    "Untuk mengingatkan kita pada pencarian Roro."
    "Kenapa?"
    Sebab Roro, akhir-akhir ini bagaikan buah kelapa JS yang timbul tenggelam. Kadang nyata kadang samar. 
    "Kontingensi."
    "Mungkin."
    "Tapi ngemeng-ngemeng, JS itu apa?"
    "Coba kau tebak."

    perbedaan+perempuan (Roro)

  • Senin, 03 Mei 2010
  • A. Moses Levitt
  • Label , , ,
  • 78

    Masalah yang datang bertubi-tubi membuat kami sempat tak memikirkan tentang Roro.
    Ibu tidak menelpon untuk menanyakan perkembangan pencarian Roro. Kami menganggap Ibu mungkin baru sadar kalau Roro sebenarnya hanya ilusinya saja, dan tak penting untuk dicari. Tapi semua sudah terlambat, Ibu. Kami semakin menginginkan bertemu Roro. Melihatnya, menyentuhnya, meski hanya ujung jemarinya, mengetahui bahwa dia nyata.

    Tapi kemudian masalah bertubi-tubi itu datang. Memang masalah itu datang semenjak kami diam-diam jatuh cinta dan berpacaran dengan seorang gadis yang pendek, kurus, dan bergigi lapis itu. Dia sudah bekerja pada sebuah perusahaan luar negri meski Si Sulung mengatakan bahwa, "Gw gak yakin itu perempuan bisa bahasa Inggris."
    Kami tak peduli. Memangnya kita bekerja di Inggris? Kita kan bekerja di Indonesia, pake bahasa Indonesia dong. Tapi Si Sulung tak suka dibantah, kami memilih pergi ke teras dan menyalakan sigaret putih pemberian seorang teman bernama Nox Nix (baca No oni). Masalah yang datang bertubi-tubi itu adalah masalah perbedaan agama dan konsep antara kami dan pacar kami ini. Kalau kau lihat dia, kau pasti akan langsung jatuh cinta padanya, dan itu membuat kau merasa bisa mengatasi semua perbedaan, tapi kadang timbul masalah yang membuat kau putus asa berhubungan dengannya, tapi kau tak mau berpisah darinya.

    "Bertubi-tubi memang, cez," kata Si Tengah. "Tapi itu kan selalu bisa diatasi. Jangan pernah menyerah. Sama seperti kita mencari Roro yang ajaib itu. Kamu harus bersyukur sebab pacarmu ini real."
    "Tapi Roro real, kita tahu dimana dia tinggal."
    "Tapi tidak sereal pacarmu itu."
    "Jadi apa intinya?"
    "Apapun yang terjadi, aku selalu di belakangmu. Maju terus. Aku tahu kalian berdua akan baik-baik saja mengatasi perbedaan itu."
    "Dan kau?"
    "Biarlah aku mencari Roro untuk Ibu."
    "Itu tanggung jawab bersama," pekik Si Bungsu dari depan tv. "Kita saudara. Satu pikul yang lainnya pikul."
    "Thankz, cez."
    "U re welcome."

    Masalah yang bertubi-tubi itu tak mungkin diselesaikan dengan mudah tapi pasti akan terselesaikan. Kami jadi semangat lagi menatap masa depan dimana mungkin saja kami menemukan Roro dan menikah dengan pacar kami ini. Tapi masalah yang bertubi-tubi mendatangkan cemburu dan putus asa. Kami tak mau itu. Pacar kami tak boleh melakukan itu. Dia akan baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja. Kami dengar, pacar kami ingin kuliah lagi, S2...apakah Roro juga?
    Related Posts with Thumbnails

    La Musica